Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Agya-Ayla Lebih Dibanggakan daripada Mobil Listrik Nasional

Kompas.com - 24/05/2018, 12:38 WIB
Alsadad Rudi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

Nangoi kemudian menyatakan, beberapa produk roda empat yang kini beredar di Indonesia sebenarnya sudah hampir 100 persen buatan Indonesia. Walaupun merek yang digunakan merupakan brand asing.

Nangoi mencontohkan duet mobil murah besutan Toyota-Daihatsu, yakni Agya dan Ayla.

Baca juga: Sulit ?Merdeka? di Era Kendaraan Listrik, Kecemasan Anak Bangsa

"Agya-Ayla itu 80-90 persen sudah produk nasional. Namanya memang ada Daihatsu, Toyota. Tapi 80-90 persen sudah buatan domestik," kata Nangoi di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Nangoi menilai mobil dengan brand asing namun sebagian besar komponennya sudah buatan lokal, lebih baik daripada mobil merek nasional namun komponennya diimpor dari luar negeri.

Sebab jika komponennya buatan lokal, maka ada multiplier effect yang luar biasa bagi kelangsungan industri dalam negeri.

Baca juga: Jokowi Prediksi Ciutnya Otomotif Nasional

"Karena tidak cuma mobilnya saja, ada juga perusahaan jok, knalpot, karpet, ini semua menghidupi Indonesia dengan luar biasa," ujar Nangoi.

Ekspor Toyota dari Indonesia sudah berjalan selama 30 tahun, jumlah unit yang diekspor sudah menapai 1 juta unit.TMMIN Ekspor Toyota dari Indonesia sudah berjalan selama 30 tahun, jumlah unit yang diekspor sudah menapai 1 juta unit.

Khusus untuk mobil listrik, Nangoi menyebut kendaraan jenis ini membutuhkan baterai untuk alat pasokan energinya. Sepengetahuan Nangoi, Indonesia belum bisa mengolah dan memproduksi sendiri baterai.

Oleh sebab itu, Nangoi menyarankan bila serius ingin membuat mobil listrik nasional, alangkah baiknya jika Indonesia fokus dulu membuat baterai.

Jika tidak, ia khawatir Indonesia hanya akan jadi negara pengimpor yang justru bisa mematikan industri yang kini berjalan.

Baca juga: Sebelum Bikin Mobil Listrik, Baiknya Produksi Baterai Dahulu

"Kalau kita bikin mobil listrik nasional tapi baterainya impor, sistem manajemen baterainya impor, motor listriknya impor, terus kita jadi apa? Cuma bikin setir sama kursinya doang. Ini artinya industri kita jadi mati," ucap Nangoi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com