KOMPAS.com – Ada aroma mistis hampir di setiap lokasi yang sering terjadi kecelakaan. Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), bukan perkecualian.
Jalan bebas hambatan tersebut pada 13 Juni 2016 tepat berusia satu tahun. Namun, tol terpanjang di Indonesia ini telah merenggut banyak korban jiwa karena seringnya terjadi kecelakaan.
Berdasarkan data Humas Polda Jawa Barat, tercatat selama periode 14 Juni 2015 hingga 4 Desember 2015 telah terjadi 88 kecelakaan di Tol Cipali. Korbannya, 33 orang meninggal, 17 luka berat, dan 92 orang terluka ringan.
Angka-angka itu masih terus bertambah dengan beragam kecelakaan lain yang terjadi sesudah kurun waktu tersebut.
Terbaru, empat orang penumpang mobil Daihatsu Ayla tewas setelah ditabrak dari belakang oleh truk boks yang kehilangan kendali pada 8 April 2016, seperti diberitakan Kompas.com pada Jumat (8/4/2016).
Salah satu aroma mistis dari tol sepanjang 116,75 kilometer ini datang dari ruas kilometer 90. Di sini ada batu bleneng.
Sejumlah warga setempat menyatakan batu itu keramat dan tak bisa diutak-atik. Saat pembangunan jalan tol, batu tersebut tak bisa dihancurkan atau dibelah.
"Gunung yang tinggi bisa dibelah untuk jalan tol, tapi batu itu tidak bisa karena memiliki kekuatan gaib sehingga tidak bisa dipindahkan maupun dihancurkan" ujar Romli (55), salah satu warga di kawasan itu, seperti dikutip tribunnews.com pada Sabtu (27/6/2015).
Menurut Romli, usaha untuk memindahkan dan menghancurkan batu bleneng saat pembangunan jalan tol telah berkali-kali dicoba tetapi gagal.
“Pekerja proyek jalan tol telah mencoba memindahkan dan menghancurkan batu bleneng dengan alat berat tetapi gagal. Kabarnya, setiap kali pekerja hendak memindahkan batu, maka terjadi kecelakaan kerja bahkan katanya ada operator yang meninggal dunia,” kata Romli
Melengkapi kemistisan batu ini, beberapa warga berkeyakinan bahwa batu bleneng merupakan sumbatan mata air raksasa. Bila batu ini dipindahkan, diyakini air akan menyembur tanpa henti.
Cerita mistis lain muncul di bawah jembatan di ruas kilometer 178 Tol Cipali. Di situ pernah ada 600 makam di bawah jembatan, termasuk makam Mbah Samijen.
Menurut cerita, konon makam Mbah Samijen sudah ada sebelum muncul Kota Majalengka. Kontraktor pembangunan jalan tol memindahkan makam-makam tersebut ke sisi kanan jalan tol arah Jakarta menuju Cirebon.
Pemindahan makam berlangsung tanpa proses ritual apapun. Sejak itu, sejumlah kecelakaan terjadi tak jauh dari lokasi bekas makam.
Salah satu kecelakaan di sini adalah tabrakan mobil dan truk pada 6 Juli 2015 yang menewaskan 6 orang.
Faktor kelalaian manusia
Namun, ada penjelasan lain atas beragam peristiwa kecelakaan itu. Kelalaian manusia disebut sebagai penyebab utama kejadian tragis tersebut.
Wakapolda Kepulauan Babel, Kombes Istiono, yang sebelumnya adalah Kabag Ops Korlantas Polri mengatakan, Tol Cipali dari segi teknis sudah melalui kajian keselamatan.
”Jika dilihat dari TKP (tempat kejadian perkara), tampak pengguna jalan kebanyakan out of control (lepas kendali) atau terlibat kecelakaan sendiri," kata Istiono, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (7/7/2015).
Menurut Istiono, kelalaian manusia terjadi karena jalur jalan Tol Cipali yang didominasi jalur lurus membuat banyak orang terlena untuk mengemudikan kendaraanya.
“Belum lagi pemandangan indah, jalan mulus, lurus, maunya nge-gas. Enggak terasa ngantuk. Sepersekian detik dengan kecepatan tertentu tidak bisa mengantisipasi jika terjadi bahaya. Belum lagi ada faktor hewan yang masih sering lewat di ruas tol ini,” kata Istiono.
Pendapat Istiono sesuai dengan hasil survei Universitas Indonesia (UI) yang menyatakan, banyak pengemudi ketika melewati jalan Tol Cipali tidak menyadari kecepatan kendaraannya telah mencapai 150 kilometer per jam. Hal itu terjadi karena kondisi jalan Tol Cipali yang halus, datar, dan lurus.
Senada dengan kepolisian, pengelola jalan Tol Cipali menilai beragam kecelakaan itu terjadi karena faktor fisik pengendara yang lelah tetapi tetap memaksakan diri mengemudi.
"Dari beberapa kecelakaan, faktor penyebab utamanya karena kondisi fisik pengendara, seperti lelah dan mengantuk. Sebelum masuk tol ini, orang sudah melakukan perjalanan jauh berkilo-kilometer terlebih dahulu," papar Wakil Direktur Utama, PT Lintas Marga Sedaya, Hudaya Arryanto, merujuk Otomania.com, Jumat (19/6/2015).
Antisipasi
Untuk meminimalisir risiko Anda mengalami kecelakaan saat melewati Tol Cipali, pastikan kecepatan kendaraan terjaga di kisaran 70-80 kilometer per jam. Kalaupun terbuai jalur lurus, kenaikan kecepatan pun tidak terlalu jauh dan masih berada di bawah batas kecepatan maksimal 100 kilometer per jam.
Bila sudah beristirahat tetapi kantuk kembali datang, pastikan untuk memilih menepikan kendaraan dan beristirahat lagi. Bila khawatir tak menemukan lokasi istirahat tapi juga tak mau berhenti di bahu jalan tol, sekarang sudah ada aplikasi di ponsel yang bisa membantu Anda.
Beberapa aplikasi sudah mempunyai fitur Near Me yang mampu menunjukkan lokasi pom bensin, supermarket, dan posko mudik terdekat dari lokasi Anda berada. Dengan begitu, setidaknya Anda punya pilihan tempat beristirahat selain di pinggir jalan tol.
Fitur itu juga dapat menunjukkan lokasi bengkel rekanan Garda Oto terdekat dari tempat Anda berada. Jadi jika mobil Anda tiba-tiba mengalami gangguan teknis di jalan Tol Cipali, fitur tersebut dapat menjadi jalan keluarnya.
Jika mobil Anda mogok saat melintasi jalan Tol Cipali, beberapa aplikasi juga dapat menolong Anda. Aplikasi Otocare misalnya, memiliki pula fitur Call Garda Akses untuk memberikan bantuan darurat, seperti mobil derek.
Dengan begitu, perjalanan Anda melintasi Tol Cipali jadi lebih aman. Cerita mistis sepanjang jalur tol ini pun bukan lagi jadi alasan untuk Anda takut melewatinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.