JAKARTA, KOMPAS.com - Minat konsumen terhadap kendaraan listrik diklaim semakin meningkat dari tahun ke tahun. Terlihat dari banyaknya model dan merek baru yang hadir dan mulai meramaikan pasar otomotif tanah air.
Selain itu, Pemerintah juga mulai memberlakukan beberapa program bantuan khusus seperti subsidi dan insentif, yang diharapkan mampu menjadi stimulus untuk produsen serta konsumen.
Kendati demikian, program elektrifikasi nasional yang sudah berjalan saat ini dirasa masih membutuhkan waktu panjang supaya bisa sepenuhnya diadopsi oleh konsumen di Indonesia.
Terkait hal ini, pihak Shell Indonesia mengungkap jika kendaraan listrik khususnya mobil listrik masih memiliki ketimpangan.
Andri Pratiwa, Managing Director Shell Lubricants Indonesia menjelaskan, secara grafik, demand atau permintaan dan minat masyarakat terhadap mobil listrik memang cukup tinggi, namun angka penjualannya terbilang masih rendah.
Saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Senin (4/3/2024) Andri mengungkap jika ketidaksesuaian grafik antara minat dan pembelian mobil listrik masih cukup besar.
“Gambarannya begini, demand buat mobil ICE (internal combustion engine) ada di bawah, ini demand buat EV (di atas) jadi permintaannya eksponensial. Urutannya pasti bakal EV, Hybrid, baru ICE, jadi konsumen punya banyak opsi untuk pemilihan,” kata dia
“Tapi kalau dari segi penjualan saat ini, trennya berbalik (posisinya ditukar), walaupun EV demandnya ada di atas, penjualannya masih di bawah ICE,” lanjut Andri.
Dia menambahkan ketimpangan ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah eksposur mobil listrik yang diklaim terlalu tinggi.
Jadi kalau kita bicara soal eksposur terbesar yang ada saat ini, kalau sangkutannya soal masa depan dan tren, mobil EV, Hidrogen, dan Hybrid itu memang paling besar (dari segi eksposur). Tapi sejauh ini memang popularitas kendaraan listrik masih sebatas trend saja, jadi demandnya tinggi,” kata dia.
Menurutnya, keseimbangan antara minat dan penjualan pasti bisa direalisasikan, selama ekosistem kendaraan listrik seperti ketersediaan SPKLU dan fasilitas penunjang lainnya sudah lengkap.
“Kita harus lihat lagi juga soal kesiapan infrastruktur di Indonesia bagaimana, karena penambahan minatnya dan pembeliannya (akan dipengaruhi) dari poin ini,” kata dia
https://otomotif.kompas.com/read/2024/03/04/171200215/komentar-shell-soal-tren-mobil-listrik-di-indonesia