Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menuju Era EV, Jepang Berburu Kobalt dan Lithium di Afrika

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang berencana untuk menjalin kerja sama dengan berbagai negara di Afrika guna mengamankan rantai pasok material baterai kendaraan listrik, yakni berupa kobalt dan lithium.

Dikutip dari Nikkeiasia, Rabu (2/8/2023), sedikitnya terdapat tiga negara yang masuk radar pencarian untuk kerja sama tersebut, yaitu Zambia, Republik Kongo, dan Nambia.

Proyek-proyek yang sudah dirancang oleh Jepang akan dimulai segera pada tahun ini. Melalui langkah tersebut, mereka ingin mendiversifikasi sumber mineral penting untuk meningkatkan keamanan ekonomi dan melawan penetrasi investasi China di Afrika.

Organisasi Jepang untuk Keamanan Logam dan Energi (Japan Organization for Metals and Energy Security/Jogmec) segera menandatangani nota kesepahaman dengan Zambia.

Orginisasi itu juga akan menyelesaikan rencana kerja dengan Kongo dan Namibia berdasarkan kesepakatan awal yang telah dicapai dengan kedua negara.

Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Yasutoshi Nishimura menyatakan akan mengunjungi tiga negara, bersama dengan Angola dan Madagaskar, selama tur delapan hari di Afrika yang akan berakhir 13 Agustus ini.

Penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian lainnya, akan bertepatan dengan rencana perjalanan.

Meskipun Jogmec aktif di Zambia, Kongo, sampai ke Namibia, sejaun ini tidak ada perusahaan swasta Jepang yang memasuki negara-negara tersebut untuk dapat mengembangkan proyek pertambangan mineral penting karena berbagai risiko dan modal besar yang dibutuhkan.

Upaya yang dipimpin pemerintah untuk mengembangkan sumber daya terlihat membantu menarik investasi swasta.

Jepang dan Zambia akan mulai menjelajahi seluruh negara Afrika, memperluas cakupan pencarian dari kobalt dan tembaga hingga memasukkan nikel.

Melalui Jogmec, Jepang akan menyediakan teknologi penginderaan jauh untuk mengidentifikasi lokasi penambangan potensial menggunakan citra satelit.

Lebih jauh, Tokyo akan mengadakan konferensi dengan bisnis swasta membahas investasi pertambangan. Perusahaan Jepang seperti Nissan Motor dan Hanwa diharapkan hadir.

Di Kongo, tembaga dan litium akan menjadi target eksplorasi yang diperluas. Sebuah pusat penginderaan jauh sedang dibangun di negara tersebut dengan dukungan dari Japan International Cooperation Agency.

Sementara itu, Jogmec akan berada di antara mereka yang membantu melatih orang lokal dalam teknologi.

Untuk Namibia, Jepang akan menyetujui rencana kerja dengan Epangelo, perusahaan pertambangan milik negara Namibia, yang ingin memperkuat rantai pasokan tanah jarang dan mineral lainnya.

Meskipun Namibia kaya akan seng, tembaga, dan sumber daya lainnya, rantai pasokannya masih belum berkembang. Namun Namibia memiliki pelabuhan besar yang menempatkan negara itu dalam persaingan untuk menjadi pusat ekspor utama Afrika.

Jepang berusaha untuk terlibat dalam pengembangan tambang Afrika pada tahap awal dengan tujuan mengimpor sumber daya dari wilayah tersebut.

Tokyo pun akan memperdalam hubungan dengan ketiga negara tersebut dengan tujuan untuk membangun rantai pasokan Afrika yang mampu mengekstraksi, memurnikan, dan mengangkut mineral penting.

Mengingat di masa depan, permintaan untuk mineral seperti kobalt dan nikel yang digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik bakal meningkat. Sementara sejauh ini baru China saja yang sudah memiliki industri pemprosesan mineral kendaraan listrik.

Jika China nantinya membatasi ekspor sebagai tanggapan atas ketegangan dengan Amerika Serikat (AS), upaya Jepang dan negara-negara Barat untuk menuju era kendaraan listrik guna mengurangi emisi karbon akan terhambat.

Adapun Kongo sendiri, menguasai 70 persen pasokan global kobalt. Sementara Afrika merupakan sumber utama tembaga.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/03/084200915/menuju-era-ev-jepang-berburu-kobalt-dan-lithium-di-afrika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke