JAKARTA, KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi resmi naik. Bahkan, termasuk juga yang non subsidi, seperti Pertamax.
Harga Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Padalah, pengguna BBM jenis ini cukup banyak.
Harga bensin dengan nilai oktan atau RON 92 ini selisihnya jadi berdekatan dengan Pertamax Turbo dengan RON 98. Harga Pertamax Turbo saat ini Rp 15.900 per liter.
Selisih harga yang tak banyak tersebut membuat sebagian orang beralih ke Pertamax Turbo. Banyak yang berpikiran tanggung, dengan selisih harga yang tak banyak, lebih baik pakai RON yang lebih besar.
Padahal, mengisi bensin pada kendaraan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan mesin. Bukan semata-mata RON lebih besar, lantas lebih bagus.
Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, jika RON yang digunakan terlalu tinggi, misalkan seharusnya pakai RON 92, lalu yang dipakai Pertamax Turbo atau Shell V-Power yang RON 95, akibatnya ngempos atau tidak ada tenaganya.
"Tapi, tergantung juga kendaraannya, kalau mobil atau motornya bisa menggeser sendiri timing pengapiannya, jadi lebih maju atau menjauh dari titik mati atas, maka tenaganya akan membaik. Emisi yang dihasilkan juga akan semakin rendah," ujar Tri, kepada Kompas.com, Minggu (4/9/2022).
Tri menambahkan, jika yang digunakan mobil atau motor lawas, yang timing pengapiannya tidak bisa bergeser hingga optimal untuk yang RON-nya tinggi, maka malah hilang tenaganya.
"Selain itu, jadi boros dan emisi yang dihasilkan juga tinggi. Kalau mau demikian, sebaiknya dibawa ke bengkel agar dilakukan tune up untuk diubah timing pengapiannya," kata Tri.
Tri menambahkan, kalau sudah diubah oleh bengkel, jangan pakai bensin yang RON-nya rendah lagi. Sebab, mesinnya bisa mengelitik atau terjadi knocking di ruang pembakaran.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/06/092200515/jangan-semua-mobil-dipaksa-minum-pertamax-turbo-ketahui-dampaknya