YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Remap ECU bisa dikatakan seperti melakukan penyetelan pada mobil-mobil yang masih menggunakan karburator.
Modelnya ada penyetelan debit bahan bakar dan udara yang diatur agar mendapat ukuran yang sesuai mungkin.
Nah, pada mobil-mobil modern penyetelan tersebut bisa dilakukan dengan melakukan remap ECU. Sehingga, sistem yang sudah terprogram bisa diubah.
Namun melakukan remap ada risikonya. Bila tidak tepat dengan mengabaikan emisi gas buang, rasio campuran bahan bakar, dan udara akan berakibat buruk pada lingkungan dan mobil itu sendiri.
Pemilik Aha Motor Spesialis Nissan & Datsun Hardi Wibowo, mengatakan remap ECU ada risikonya saat proses dan setelah proses dilakukan.
“Melakukan remap ECU itu ada risikonya, baik itu gagal dalam proses transfer data atau ketika remap itu tidak memperhatikan rasio campuran bahan bakar dan udara,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Kamis (2/9/2022).
Lebih lanjut dia mengatakan, untuk mengubah data-data pada ECU itu mudah saja, misal rentang putaran mesin dibikin lebih panjang, bahan bakar dibuat lebih boros, dan sejenisnya.
“Yang susah itu mengatur agar tenaga mesin bertambah, tapi konsumsi bahan bakar tetap efisien, tentu hal itu sangat berhubungan erat dengan emisi gas buang yang nantinya dihasilkan,” ucap Hardi.
Hardi mengatakan, dari hasil remap yang tidak baik, maka peluang terjadinya polusi udara akan semakin tinggi, dan itu bisa berdampak pada komponen mesin itu sendiri.
“Dari gas buang yang tidak bagus itu, sensor-sensor di mesin, seperti oksigen sensor bisa menjadi cepat rusak, busi juga lebih sering minta ganti, katalitik pampat dan lain sebagainya,” ucap Hardi.
Sehingga, risiko tersebut bisa dipahami agar setiap pemilik kendaraan yang ingin melakukan remap ECU benar-benar mendapatkan hasil yang maksimal.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/04/121200115/jangan-asal-kenali-risiko-remap-ecu-mobil