JAKARTA, KOMPAS.com - Cepat atau lambat sepeda motor listrik diyakini bakal menjadi tren. Pemerintah juga terus mendorong penggunaan motor listrik yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Saat ini calon konsumen yang tertarik memakai motor listrik cukup mudah. Sudah banyak merek motor listrik yang beredar di pasaran, mulai dari merek lokal seperti Gesits sampai impor.
Tapi selain motor listrik pabrikan ada alternatif lain yaitu dengan melakukan konversi, yaitu memodifikasi motor bahan bakar konvensional yang diubah menjadi motor listrik.
Keunikan konversi ialah memakai motor lama yang sudah ada dan diubah jadi motor listrik. Keunggulannya ialah punya rasa kedekatan dengan motor lama tapi berjantung milenial.
Lantas buat orang yang baru mau memakai motor listrik lebih baik beli merek jadi alias produk baru atau konversi?
Dharmawan Somaatmadja, punggawa Emostra Garage, mengatakan, buat orang yang baru tertarik memakai motor listrik lebih baik membeli motor baru.
"Menurut saya lebih baik beli baru. Kenapa, karena semua sudah dipikirkan. Ada garansi dan pasti dipikirkan soal standar yang lainnya," katanya kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Kekurangannya kata Dharmawan ialah konsumen mesti kompromi terhadap desain dan spesifikasi yang ada. Sedangkan kalau konversi bisa dibangun sesuai keinginan.
"Kalau untuk spesifikasi itu balik ke kemampuan. Tinggal disesuaikan. Saat ini biaya paling tinggi itu di baterai," katanya.
Senada dengan Dharmawan, Ario Zainuddin yang RX-King elektriknya pernah Kompas.com pinjam, mengatakan, konversi dilakukan untuk memberikan "napas" baru.
"Kecuali orang seperti saya yang kurang suka sama motor baru, sukanya motor lama," kata Ario.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/05/100200315/mau-beralih-ke-motor-listrik-pilih-motor-baru-atau-konversi-