JAKARTA, KOMPAS.com – Merebaknya virus corona atau Covid-19 telah mempengaruhi bisnis jual beli mobil bekas. Terlebih dalam kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), para mobil bekas terpaksa harus tutup lantaran tak termasuk usaha yang dikecualikan.
Padahal meski tidak berjualan, operasional bisnis mobil bekas tetap berjalan. Kendaraan-kendaraan ini tetap butuh biaya untuk perawatan berkala, bayar pajak, bayar sewa tempat, dan sebagainya.
Budi Rahardjo, Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning, mengatakan, kondisi ini pasti membuat pedagang mobil bekas menurunkan harga barangnya agar cepat laku.
“Jadi kalau dia mau bertahan dengan harga lama, harus pikir ulang. Karena operasional jalan terus, sementara uangnya tidak berputar,” ujar Budi, kepada Kompas.com (15/4/2020).
“Mereka pasti akan kasih diskon, penurunan harga. Saya rasa ini enggak cuma mobil bekas, di mobl baru pun demikian,” katanya.
Sementara itu, Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih, mengatakan, biaya operasional yang dibutuhkan pedagang relatif cukup besar.
Terutama buat beberapa kendaraan sedan mewah, maupun mobil-mobil keluaran Eropa. Maka tak heran jika mobil-mobil tersebut biasanya memiliki depresiasi harga paling besar.
“Anggap saja satu mobil paling murah 2 persen, paling tinggi bisa sekitar 5 sampai 10 persen dari harga mobil,” ucap Herjanto, kepada Kompas.com (16/4/2020).
“Makanya saya bilang investasi mobil kurang tepat, karena operational cost cukup besar, kecuali memang pedagang mobil yang sudah tahu kondisinya,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/16/164100015/imbas-corona-pedagang-mobil-bekas-mulai-teriak