MAKASSAR, KOMPAS.com - Porsi terbesar di antara segmen otomotif, yaitu low multi purpose vehicle (LMPV) atau dikenal dengan sebutan “mobil sejuta umat”. Merek yang bermain di kelas itu cukup banyak, seperti Mitsubishi, Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, hingga Wuling.
Masing-masing menawarkan berbagai keunggulan yang dimiliki, mulai dari tampilan, ground clearance hingga performa yang mumpuni, untuk menarik minat masyarakat. Alhasil, persaingan di segmen itu begitu ketat, dan kini dipimpin oleh pendatang baru, Xpander.
Perolehan sampai semster pertama 2018, berdasarkan data whoolesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mencapai 39.948 unit, sementara Avanza 39.455 unit atau selisih 493 unit.
Melihat kondisi itu, Head of Product Planning PT Sokonindo Automobil Ricky Humisar tidak menapik bahwa segmen tersebut begitu besar. Namun, dalam waktu dekat ini belum mengarah kesegmen tersebut.
“Kalau kita bisa menawarkan SUV dengan kapasitas tujuh penumpang, kenapa kita harus keluarkan MPV,” kata Ricky di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa hari lalu.
Ricky melanjutkan, karakter masyarakat Indonesia itu ingin memiliki mobil yang mampu mengangkut penumpang dan barang bawaan banyak. Kebutuhan semua itu bisa dipenuhi dalam segmen yang lebih tinggi, yaitu SUV dengan harga sebanding dengan LMPV.
“Jadi kalau kita mampu hadirkan SUV sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat Indonesia, kenapa harus ke LMPV. Tetapi mungkin ke depan kita juga akan mempelajari pasarnya seperti apa, yang jelas pasar SUV yang lebih stabil dalam beberapa waktu terakhir,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/08/23/120200415/dfsk-coba-peruntungan-di-suv-bukan-mpv