Andalan Repsol Honda ini merasa bangga bisa kembali ke podium utama dan menjauh 41 poin dari Valetino Rossi (Yamaha) di klasemen juara dunia.
“Saya tidak tahu bagaimana menggambarkan balapan ini, mungkin gila. Semua bebas bertarung dengan semua pebalap. Ini tidak mudah, karena ada tiupan angin kencang jadi hal paling mudah yaitu mengikuti di belakang pebalap lain, sambil menunggu mendapat kesempatan mendahului,” ucap Marquez, gpone.com, Minggu (1/7/2018).
Menurut Marquez, saat pebalap ingin mengejar juara dunia lebih baik memilih mengindari balapan yang terlalu banyak aksi. Namun pada kasus Sirkuit Assen, hal itu tidak bisa dihindari.
Marquez tadinya mau menghemat ban pada awal lomba. Namun tidak jadi, setelah menyadari kalau tidak bertindak bisa ketinggalan sebab banyak pebalap sangat berusaha bertarung.
“Kemenangan ini mengingatkan saya pada Australia pada 2015 atau 2017, ini berarti banyak lebih dari 25 poin. Banyak sekali saling melewati, saya tetap penasaran bagaimana Lorenzo bisa melewati saya dan itu sama juga tiga arah dengan Andrea Dovizioso (Ducati) dan Rossi,” ujar Marquez.
Marquez mengomentari beberapa adegan seru antara dirinya dengan pebalap lain di lintasan. Dimulai dari Jorge Lorenzo (Ducati) yang bisa melewatinya pada awal lomba. Marquez mengira itu bukan Lorenzo, tapi Andrea Dovizioso (Ducati).
“Dia (Lorenzo) punya ritme bagus, saya mencoba melewatinya tapi pada awal balapan saya juga berusaha menjaga ban, mengingat saya menggunakan medium di depan. Masalahnya grup pebalap sangat rapat dan banyak pebalap yang bertarung,” kata Marquez.
Lalu Marquez juga mengingat lagi momen bersama Alex Rins (Suzuki) yang hampir saja membuatnya terjatuh.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/07/02/144005715/marquez-gp-belanda-gila