BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Garda Oto
Salin Artikel

Asuransi Itu Menarik, Asal Klaimnya Gampang...

KOMPAS.com – Asuransi merupakan produk yang sebenarnya sangat bermanfaat dan menarik bagi penggunanya. Namun, mengapa minat masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih minim. Hal ini terlihat dari masih rendahnya angka penetrasi dan densitas produk ini.

Penetrasi atau premi asuransi menggambarkan perkembangan asuransi bila dibandingkan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Sementara itu, densitas merupakan pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia untuk asuransi dalam setahun.

Deputi Direktur Pengawasan Asuransi 2 Direktorat Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianto Andi Handoko menuturkan, per Januari 2017, penetrasi industri asuransi mencapai 2,87 persen dari PDB.

"Sementara itu, densitasnya, rata-rata pengeluaran penduduk Indonesia untuk asuransi sebesar Rp 1,29 juta per tahun," kata Kristanto dalam laman Kompas.com, Minggu (2/4/2017).

Angka itu masih jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, yang sudah di level 5 persen.  

Data OJK pada 2016 menunjukkan, penetrasi dan densitas industri asuransi Malaysia masing-masing 4 persen dan Rp 4,54 juta. Adapun Singapura masing-masing sebesar 7 persen dan Rp 47,78 juta.

Rendahnya minat orang Indonesia untuk berasuransi juga terlihat dari hasil survei OJK pada 2016. Menurut studi tersebut, angka indeks literasi keuangan sektor asuransi di negeri ini hanya 15,67 persen. Adapun untuk inklusi keuangan sektor asuransi sebesar 12,08 persen.

Ini menunjukkan dari 100 orang, baru 15-16 orang yang mengerti tentang asuransi, sedangkan untuk inklusi asuransi hanya 12-13 orang yang mengakses asuransi dari 100 orang yang disurvei.

Ribet dan banyak keluhan

Minimnya minat masyarakat negeri ini untuk berasuransi tak lepas dari stigma negatif terhadap produk asuransi. Banyak yang menilai bahwa masuk asuransi itu mudah, tetapi ribet dan sulit ketika mengajukan klaim.

Hal itu tergambar dari tingginya angka pengaduan konsumen terhadap layanan tersebut. Menurut data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) 2016, pengaduan konsumen terhadap layanan asuransi menduduki peringkat ketujuh dengan 32 kasus.

Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 53 persen karena klaim konsumen ditolak oleh perusahaan asuransi.  

Ketua Pengurus YLKI Tulus Abadi mengatakan, penolakan tersebut disebabkan karena informasi produk yang tidak jelas dan berbelitnya pelayanaan saat konsumen mengajukan klaim.

“Kondisi ini kemudian membentuk image bahwa klaim terhadap perusahaan asuransi selalu dipersulit, dan akhirnya ditolak,” kata Tulus seperti dimuat Kompas.com, Sabtu (30/9/2017).

Menghadapi fakta seperti ini, sudah sebaiknya penyedia jasa asuransi mempermudah konsumen untuk menggunakan layanannya. Salah satu caranya adalah dengan mulai bertransformasi ke layanan digital.

Terlebih lagi, saat ini perkembangan teknologi di ponsel pintar dan internet yang begitu masif telah memudahkan orang untuk mengakses layanan digital. Jadi, tak perlu lagi mendatangi kantor asuransi, tetapi cukup ponsel pintar, tablet, laptop dan PC, pengguna sudah bisa menggunakan layanan produk tersebut.

Nah, salah satu layanan asuransi yang sudah bertransformasi adalah Garda Oto Digital dari Asuransi Astra. Saat ini, layanan perlindungan untuk kendaraan tersebut sedang mempunyai program bertema #MakinGampang.

Konsumen bisa mengakses program itu melalui laman gardaoto.com. Jadi, cukup dengan sentuh ujung jari di smartphone, konsumen sudah bisa membeli polis asuransi dan melakukan klaim. Lalu, jika klaim sudah berjalan, pemantauannya dengan mudah bisa dilihat di aplikasi “Garda Mobile Otocare”.

Semoga transformasi Garda Oto Digital tersebut menjadi inspirasi bagi semua pihak di industri asuransi Indonesia sehingga kelak dapat meningkatkan minat masyarakat berasuransi.


https://otomotif.kompas.com/read/2017/11/02/130100815/asuransi-itu-menarik-asal-klaimnya-gampang

Bagikan artikel ini melalui
Oke