Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengemudi Super Irit ala Sopir Kurir Mobil Baru (II)

Kompas.com - 19/11/2014, 09:20 WIB
Jakarta, KompasOtomotif - Seperti sudah dibahas dalam artikel sebelumnya, cara mengemudi irit bahan bakar bisa meniru apa yang dilakukan oleh sopir pengantar mobil baru. Lalu bagaimana menerapkan eco driving tersebut, seperti ditulis Auto Bild Indonesia, simak ulasan berikut.

Keselarasan penggunaan transmisi
Banyak pengemudi yang menganggap berjalan pelan menggunakan gigi tinggi, bisa menghemat BBM. Sementara salah satu prinsip eco driving ada pada keselerasan antara penggunaan gigi dan torsi puncak dari mesin.

Untuk mobil manual, perpindahan gigi dilakukan pada putaran mesin di mana torsi maksimum tercapai. Bukan berpatokan pada kecepatan kendaraan. Sehingga kerja mesin yang efisien bisa tercapai.

KompasOtomotif Keselarasan penggunaan transmisi
Hal itu juga menjadi salah satu jurus para sopir ini untuk mereduksi penggunaan BBM. Mereka umumnya melakukan perpindahan gigi pada putaran mesin 2.000–2.500 rpm setiap mengantarkan mobil bertransmisi manual.

Lalu bagaimana dengan mobil bertransmisi otomatis? Prinsipnya sama saja, tetapi pada mobil bertransmisi otomatis mereka menerapkan trik dengan menginjak pedal gas secara ekstra-halus. Kecepatan meningkat secara gradual dan gigi berpindah pun juga halus.

“Mematikan AC dan buka kaca samping sudah menjadi hal yang biasa dilakukan pengirim mobil dari APM ke dealer untuk mereduksi penggunaan BBM. Sedangkan sopir yang mengantar mobil langsung ke konsumen tidak melakukannya. Hal itu untuk menghindari komplain dari konsumen karena mobil akan terlihat kotor. Makanya, penghematan BBM saat mengantar ke dealer bisa lebih banyak dibanding ke konsumen,” jelas salah satu sopir.

Agung Kurniawan/KompasOtomotif Hindari kemacetan lalu lintas agar bahan bakar tidak terbuang percuma
Situasi dan kondisi rute
Jurus andalan sopir pengirim mobil baru berikutnya ialah memahami dan membaca situasi jalan. Karena cakupan area pengiriman mobil baru cukup luas, bertahun-tahun mereka mempelajari untuk memahami waktu saat jalan dipadati oleh kendaraan. Mereka pun terkadang saling bertukar informasi.

“Waktu berkendara yang ideal untuk mengantarkan mobil yakni di atas pukul 9 pagi hingga 4 sore. Rentang waktu itu tidak berpapasan dengan waktu para pekerja melakukan aktivitas di jalan atau jam sibuk,” ujar salah satu sopir. Setidaknya, perjalanan di luar “jam sibuk” itu dapat membuat mobilnya terus melaju walau pelan.

Selain soal waktu, pengetahuan tentang kondisi jalan perlu diketahui. Para sopir ini memperhitungkan rute jalan yang ditempuh. Selain kepadatan lalu lintasnya, juga kondisi permukaan jalan (mulus, ada kerusakan atau perbaikan jalan yang menghambat arus lalu lintas) atau jumlah persimpangan yang dilalui. Terlebih pada daerah yang macet tanpa kenal waktu.

Dalam kondisi seperti inilah, mereka memilih untuk mencari “jalan tikus” untuk mencapai lokasi. “Namun untuk cara ini perlu pengalaman atau jam terbang tinggi agar tahu persis kondisi dan dimana munculnya saat menempuh jalan tikus itu.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau