Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masih Kurang "Seksi" Dibanding Thailand

Kompas.com - 02/06/2014, 11:49 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Bangkok, KompasOtomotif - Sejumlah politisi Thailand yang ditangkap dan diamankan oleh pihak militer sempat menegangkan kondisi negara itu. Tetapi, sebagian warga justru terlihat tenang seolah menerima langkah kudeta, yang diambil pimpinan miiliter negara itu, dan berharap fungsi pemerintahan bisa kembali berjalan.

Salah satu petinggi Toyota, dilansir Reuters (29/5/2014), yang mengetahui kondisi di Thailand mengatakan, "Kami mengikuti aksi kudeta ini secara seksama, selama disfungsi demokrasi menyebabkan kesenjangan dalam kepemimpinan politik di Thailand, dalam enam bulan terakhir.

Para eksekutif otomotif di Thailand menyatakan, sebenarnya kondisi pasar domestik sudah mulai murung sebelum terjadi kudeta. Data penjualan pada 2012 sempat melesat hingga 80 persen menjadi 1,44 juta unit, menjadi bagian upaya pemerintah mengembalikan ekonomi negara setelah krisis banjir yang terjadi setahun sebelumnya (2011). Pemerintah juga membangun kawasan industri baru di jantung provinsi utama menyediakan lahan yang cukup sebagai prasarana kegiatan industri.

Turun
Sayang, situasi itu tidak berlangsung lama, penjualan mobil pada 2013 mulai turun 8 persen menjadi 1,33 juta unit, menurut Federasi Industri Thailand. Toyota bahkan sudah memprediksi kondisi pasar bisa anjlok hingga 14 persen karena kondisi politik yang belum stabil. Hasil ini, merupakan yang terburuk dalam 12 tahun terakhir, karena membuat kepercayaan diri konsumen turun.

Selain otomotif, ketidakpastian politik yang terjadi juga berpengaruh ke seluruh sektor industri. Data utilisasi pabrik di seluruh Thailand hanya mencapai 56,6 persen pada April, terendah sejak terjadinya banjir, Desember 2011 lalu.

Impor juga turun 14,5 persen dari tahun lalu akibat kondisi ekonomi yang masih stagnan. Ekspor masih mencoba bertahan dengan hasil 0,9 persen turun ketimbang April 2013.

Jangka panjang
Industri otomotif di Thailand juga mengkhawatirkan ancaman jangka panjang yang siap menghadang di kemudian hari. Salah satu masalahnya, minimnya jumlah tenaga kerja terampil dan gaji buruh tertinggi ketimbang negara tetangga lain.

Fumihiko Ike, Ketua Asosiasi Industri Otomotif Jepang (JAMA), yang juga menjabat komisaris Honda Motor Company, mengatakan, saat ini perusahaan mulai melirik Indonesia dan India yang punya potensi tumbuh dalam jangka panjang. Indonesia merupakan basis produksi kedua terbesar di Asia Tenggara setelah Thailand.

Tapi, menurut salah seorang eksekutif Toyota, Indonesia masih belum bisa bersaing dengan Thailand sebagai basis produksi.

"Dalam hal infrastruktur perusahaan pasokan komponen dan sumber daya manusia, Indonesia masih belum canggih dan tidak bisa bersaing dengan Thailand, untuk semua lini bisnis ini, mulai dari pengembangan produk, manfaktur, sampai penjualan dan pemasaran," beber eksekutif Toyota yang tidak mau disebut namanya.

Shingo Ikeda, analis otomotif dari Roland Berger Strategy Consultan, di Singapura, mengatakan, salah satu fakta yang bisa dilihat adalah dari jumlah perusahaan pemasok yang ada di kedua negara. Industri otomotif di Thailand jumlahnya tiga kali lipat dari Indonesia, dan butuh setidaknya 100 tahun untuk bisa menyamakan kedudukan.

"Sangat sulit memindahkan investasi dari Thailand ke Indonesia. Sebagai basis produksi di Asia Tenggara dalam jangka pendek, Thailand begitu, begitu kuat karena basis perusahaan pemasok yang kuat," beber Ikeda.

www.fastmotoring.com Produksi Honda City di Thailand.
Infrastruktur
Perusahaan pengelola kawasan industri Hemaraj Land Development di Thailand terlah berhasil menarik sejumlah investor, seperti Ford, General Motors, dan perusahaan pemasok lain untuk membangun pabrik di lima kawasan industri di bawah naungannya.

"Ketersediaan infrastruktur seperti listrik, sambungan komunikasi, pelabuhan, bahkan sampai penyempinan di jalan-jalan umum tertata apik di Thailand. Kondisi ini sangat mendukung bagi perusahaan pemasok komponen, burun, dan biaya produksi lebih masuk akal, sehingga mendukung aktivitas bisnis di Thailand lebih menarik," papar David Nardone, Direktur Pelaksana Roland Berger Strategy Consultan.

Satu hal yang pasti, perusahaan otomotif Jepang sudah menancapkan tanduknya di Thailand dan politik memang mempengaruhi. Sebelum kudeta dilakukan, Honda sudah memangkas produksi di salah satu pabriknya menjadi tinggal 60 persen dari kapasitas. Persemian pabrik baru juga di tunda sampai April 2015, tapi bisa ditinjau ulang jika permintaan pikap di negara itu membaik.

Toyota, Januari lalu menyatakan, akan memikirkan kembali rencana investasi 20 miliar baht di Thailand jika kondisi politik terus terjadi.

Investasi Besar
Meski galau, tapi sejumlah pabrikan sal Jepang sudah kadung menanamkan banyak investasi di Thailand, terutama dalam hal kapasitas manufaktur. Fasilitas ini tidak bisa dipindah dalam semalam ke negara lain.

"Kami belum punya rencana untuk ekspansi kapasitas lebih besar dari yang sudah ada. Sehingga keputusan ini tidak terlalu sulit," tukas Andy Palmer, Kepala Perencanaan Nissan yang semula berencana meresmikan pabrik keduanya di Thailand.

"Kalau kondisi ini terjadi dua tahun lalu, mungkin kondisinya akan berbeda. Bisa saja menghentikkan atau berfikir ulang, tapi sekarang sang ibu sudah mengandung, bayi akan lahir, suka atau tidak suka," tutup Palmer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com