Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bisa Jadi Negara Pembuangan Mobil Konvensional

Kompas.com - 21/11/2023, 19:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia diprediksi menjadi tempat pembuangan mobil berbahan bakar fosil atau konvensional apabila terlalu lambat untuk mengadopsi maupun menciptakan suatu ekosistem berkesinambungan dalam era elektrifikasi (electric vehicle/EV).

Pasalnya, berdasarkan riset dari Carbon Tracker bertajuk How Electric Vehicle Can Rise in The Global South, negara-negara di Utara terkhusus Uni Eropa sepenuhnya bakal menghentikan penjualan kendaraan konvensional pada 2030 hingga 2035.

Sementara negara di belahan Selatan seperti Brasil, Argentina, Meksiko, Uganda, India, Afrika Selatan, Nigeria, Moroko, Kenya, Mesir, Aljazair, hingga Asia sampai saat ini belum ada komitmen serupa atau lebih lambat.

Baca juga: Skema Kredit Hyundai Ioniq 5, Uang Muka mulai Rp 85 Jutaan

Ilustrasi kendaraan listrik.(Dok. Shutterstock/ BigPixel Photo) Ilustrasi kendaraan listrik.

Sehingga ketika nanti pabrikan mobil seluruh dunia tidak bisa lagi menjual produk kendaraan roda empat atau lebih berpembakaran dalam, negara-negara maju yang umumnya berada di bagian Utara akan mengincar negara berkembang itu.

Kekhawatiran pun semakin nyata, mengingat Indonesia sebagaimana yang sempat dikatakan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, populasi EV baru akan mencapai 10 persen pada 2030 mendatang.

“Dengan konteks itu, maka negara-negara selatan dapat menjadi tempat pembuangan mobil konvensional karena produsen mobil ingin menjualnya di tempat yang masih mengizinkan hal tersebut setelah 2035," tulis laporan Carbon Tracker dikutip Selasa (21/11/2023).

Analis Carbon Tracker Ben Scott mengatakan, negara-negera tersebut diprediksi bakal terjebak dalam ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain itu, negara seperti Indonesia juga akan tergantung pada negara lain untuk kebutuhan bahan bakar.

Baca juga: Waspada Saat Beli Mobil Bekas, Ada Modus BPKB Ganda

Ilustrasi kendaraan listrik.(Dok. Shutterstock/Sopotnicki) Ilustrasi kendaraan listrik.

“Impor bahan bakar ini mengakibatkan kerugian modal dan mata uang asing dalam jumlah besar,” kata Ben.

Di samping itu, laporan juga menyatakan bahwa negara-negara terkait tidak punya kapasitas untuk memperbaiki dan akhirnya semakin memperburuk neraca perdagangan mereka.

Ben Scott berharap agar negara seperti Indonesia bisa secepatnya beralih ke listrik. Minimal memastikan bahwa mereka tidak akan menjual mobil konvensional lagi di masa depan seperti yang negara-negara di bagian utara Bumi.

"Tindakan politis tersebut mencakup kebijakan emisi untuk menghentikan penjualan mobil konvensional baik yang baru maupun bekas, serta strategi industri yang komperhensif dalam memfasilitas keterlibatan dalam rantai nilai EV," ujar laporan itu.

"Termasuk, insentif untuk produksi dan penjualan BEV di dalam negeri. Sebab mobil listrik bisa diisi menggunakan energi baru terbarukal lokal dengan biaya yang jauh lebih rendah hingga 50 persen," kata Ben lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com