Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitsubishi Xpander Seruduk Lima Motor gara-gara Sopir Mengantuk

Kompas.com - 07/07/2023, 06:42 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat sudah terserang rasa kantuk, jangan sekali-kali nekat untuk mengemudikan kendaraan, baik roda dua maupun empat. Pasalnya, bisa berdampak fatal dan sudah banyak kecelakaan yang disebabkan karena pengemudi mengantuk.

Salah satunya kejadian yang melibatkan mobil Mitsubishi Xpander menabrak lima sepeda motor yang sedang parkir di Jalan Raya Diponegoro, Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (6/7/2023).

Diduga pengemudi mengantuk sehingga mobil tersebut oleng ke bahu jalan dan menabrak motor yang parkir.

Baca juga: Mandalika Racing Series 2023 Siap Tampilkan Semua Kelas Balap Motor

“Berdasarkan pemeriksaan, pengemudi memang mengaku mengantuk dan tertidur saat mengemudikan mobil, sehingga mengakibatkan oleng ke badan jalan sisi kiri,” ucap Kasat Lantas Polres Malang AKP Agnis Juwita Manurung, dikutip dari Kompas.com, Kamis (6/7/2023).

Akibat kejadian tersebut, terdapat dua korban yang tertabrak hingga tertindih mobil dan mengalami luka-luka serta patah tulang.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, ketika mengemudi harus mempertahankan fokus, kewaspadaan, dan kondisi fisik.

Seorang pria mengantuk saat sedang mengemudi di dalam mobil. Kondisi ini disebut dengan istilah carcolepsy.monstArrr_/Unsplash Seorang pria mengantuk saat sedang mengemudi di dalam mobil. Kondisi ini disebut dengan istilah carcolepsy.

Kondisi ini bisa didapat dari istirahat yang berkualitas. Istirahat berkala selama di perjalanan, asupan makanan dan minuman yang benar, serta menjaga emosi. Sehingga oksigen di dalam darah lancar.

Menurutnya, ada satu metode mengemudi yang jarang dilakukan oleh pengendara yakni Commentary Driving untuk mengurangi risiko mengantuk di jalan. Commentary Driving merupakan sebuah metode berkendara dengan menyebutkan potensi-potensi bahaya dan dengan berbicara secara otomatis sehingga rahang bergerak memompa oksigen ke otak.

“Metode ini juga membuat pengemudi mampu bereaksi positif ketika harus mengantisipasi. Ini standar cara berkendara dengan defensive (proaktif). Mudah. Tapi, tidak banyak yang tahu. Kalaupun tahu, tidak dilakukan karena merasa belum ada manfaatnya,” kata Sony.

Baca juga: Pasang Standar Keamanan Baru, Laksana Bus Jalani Tes Tabrak Depan

Sementara itu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengingatkan, jika durasi maksimal bagi manusia berada di balik kemudi mobil disarankan 3 jam.

“Mau jalannya lancar atau macet sebaiknya setiap 3 jam melakukan istirahat. Karena jika lebih dari 3 jam, pengemudi akan merasa lelah dan jenuh yang bisa membuat hilangnya konsentrasi,” ucap Jusri.

Selain itu, Jusri juga mengingatkan jam-jam krusial terjadinya kecelakaan ada pada waktu pergantian dari sore ke malam, atau malam ke pagi.

“Tambah waktu istirahat saat waktu magrib atau waktu subuh, karena saat itu mata kita butuh penyesuaian dari terang ke gelap atau gelap ke terang,” ucap Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com