Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ranjau Paku Kembali Marak, Polisi Ingin Gandeng Komunitas

Kompas.com - 12/06/2023, 12:01 WIB
Gilang Satria,
Aditya Maulana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ranjau paku yang ditebar orang tidak bertanggung jawab merupakan musuh buat pengemudi mobil dan pengendara motor di jalan raya karena membuat ban bocor sampai robek.

Ranjau paku erat dengan tindakan kriminal. Modus yang selama ini diketahui berbagai macam, mulai dari "getok" jasa tambal ban atau tindakan kriminal lainnya yang dapat merugikan pemakai jalan raya.

Baca juga: Ferrari Juara di LeMans 24 Jam, Pertama Setelah 58 Tahun

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman mengatakan, terus melakukan patroli terutama di Jalan Gatoto Subroto arah Cawang, Jakarta, yang disinyalir banyak paku terutama di malam hari.

Ranjau paku hasil penyisiran Sat Lantas Polres Karawang di Jalan Lingkar Luar Karawang, Sabtu (15/4/2023).KOMPAS.COM/FARIDA Ranjau paku hasil penyisiran Sat Lantas Polres Karawang di Jalan Lingkar Luar Karawang, Sabtu (15/4/2023).

"Tentunya patroli kita laksanakan tapi kalau ini kan memang kucing kucingan," kata Latif dalam keterangannya, dikutip Kompas.com, Senin (12/6/2023).

Latif mengatakan, masyarakat juga berperan untuk menjaga agar tidak ada pelaku penebar ranjau paku. Caranya ialah selalu menginformasikan jika ada dugaan ranjau paku kepada polisi.

"Sebisa mungkin kita juga bekerja sama dengan komunitas pecinta keselamatan apabila ada informasi butuh kerja sama dari masyarakat untuk menginformasikan kepada kami, ada mungkin orang yang inginnya berniatan jahat ini untuk diinformasikan ke kita agar untuk kita lakukan penindakan," kata dia.

Baca juga: TransJakarta Bilang Pengadaan Bus Listrik Lebih Mahal 30 Persen

Ranjau besi payung jadi senjata andalah untuk membuat ban kendaraan bocor, meski tubeless sekali punTangkapan Layar Ranjau besi payung jadi senjata andalah untuk membuat ban kendaraan bocor, meski tubeless sekali pun

Latif mengatakan, polisi akan menggandeng beberapa komunitas yang bisa dijadikan mitra.

"Banyak lah dari beberapa komunitas seperti Gojek (ojek online) juga kita libatkan, terus ya pengguna-pengguna pecinta sepeda, pecinta komunitas sepeda juga kita libatkan, pasti mereka setiap hari melintas di tempat tersebut pasti kan akan tahu situasi dan kondisi daripada jalan tersebut. Ada hal yang aneh ya diinformasikan ke kita," kata dia.

Seorang tukang tambal ban di Klaten yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan ranjau paku paling bahaya ialah yang terbuat dari besi payung yang dipotong-potong.

Bahkan dia mengatakan, besi payung atau rangka payung memang banyak digunakan oleh oknum tukang tambal ban agar mendapatkan target.

Baca juga: Tanda Aki Motor Lemah, Sistem Mati Otomatis Sering Bermasalah

Ranjau besi payung ancam ban kendaraan di jalan layang Pancorantangkapan layar Ranjau besi payung ancam ban kendaraan di jalan layang Pancoran

“Besi payung atau rangka jari-jari payung dipotong-potong tidak beraturan agar ujung-ujungnya lancip, dengan demikian bisa melubangi ban kendaraan, besi payung sudah diperkirakan dapat membuat korban berhenti tidak jauh dari lokasi” ucapnya kepada Kompas.com belum lama ini.

“Kalau diperhatikan, bentuk besi payung bisa menyerupai pipa, atau lempengan siku-siku, tujuannya ketika menancap ke ban, angin akan lebih cepat habis, sehingga kendaraan akan berhenti tidak jauh dari lokasi,” ucapnya.

Menurut dia, ban tubeless yang katanya aman dari ban bocor di jalan juga tidak bisa menghindari bahaya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com