JAKARTA, KOMPAS.com – Pertamina memperluas pemberlakuan pembelian solar subsidi dengan menggunakan QR code dari Subsidi Tepat My Pertamina mulai hari ini, Senin (6/2/2023).
Pembelian solar menggunakan QR Code punya batasan atau kuota harian yang sudah diatur dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Nomor 04/P3JBT/BPH Migas/KOM/2020.
Berdasarkan surat keputusan tersebut, kuota harian pembelian solar subsidi untuk kendaraan umum angkutan orang atau barang roda enam atau lebih, maksimal 200 liter per hari.
Lalu, apakah kuota harian tersebut cukup untuk kebutuhan dari operasional bus antarkota antarprovinsi (AKAP) milik perusahaan otobus (PO)?
Baca juga: Gresini Racing Sapa Penggemar MotoGP Indonesia, Alex Marquez Hadir
Rudi, salah satu sopir bus PO Indorent, mengatakan, dirinya dan para sopir bus lain di perusahaan telah wajib punya QR Code dari My Pertamina. Namun, penerapan batasan kuota solar tersebut dianggap kurang untuk operasional bus yang dikemudikannya.
“Pemakaian solar untuk bus double decker setiap satu kali jalan bisa 270-300 liter. Jadi pemerintah ngasih operasional 200 liter jelas kurang. Pelat kuning itu angkutan massal atau angkutan umum, bisa-bisanya dijatah. Kita orang lapangan yang dibikin pusing untuk mencari solar yang kurang,” kata Rudi kepada Kompas.com, Minggu (5/2/2023).
Salah seorang sopir bus PO Raya rute Ciledug–Solo mengatakan, pembatasan dikeluarkan pemerintah dengan tujuan yang positif. Menurut dia, aturan ini membuat para pengguna solar subsidi bisa menerima jatah dengan merata.
“Apalagi, masih banyak orang sok kaya yang dengan kendaraan bagus namun masih menggunakan BBM subsidi. Saat ini setiap sopir bus memang telah diwajibkan untuk punya aplikasi My Pertamina untuk scan driver, apalagi dilengkapi QR Code dari My Pertamina untuk pembelian solar subsidi,” kata sopir PO Raya yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut kepada Kompas.com, Minggu (5/2/2023).
Menurut sopir PO Raya tersebut, cukup atau tidaknya solar 200 liter untuk per hari tergantung dari jarak tempuh bus. Kalau untuk konsumsi solar bus AKAP rute Ciledug-Solo, satu kali pulang pergi (PP) lebih kurang 400 liter.
Baca juga: 4 Jenis Suara Sirine Ambulans, Beda Suara Antara Bawa Pasien dengan Jenazah
“Kalau bus yang berangkat sore enak. Misalnya, tanggal 1 bus berangkat itu masih di Jawa Barat, kita beli solar full tank. Begitu tanggal 2 kita sudah sampai di Jawa Tengah, itu kuota sudah lain, sehingga kita bisa beli, jadi seperti itu menyiasatinya,” kata sopir bus PO Raya tersebut.
Jika rute bus AKAP tersebut lebih pendek, artinya kuota harian tersebut sangat cukup bahkan lebih. Yang repot itu kalau bus keluar pagi, nanti pengisian berikutnya harus di tanggal yang sama.
“Sebenarnya yang paling mempengaruhi adalah jarak dari operasional bus dan juga jam keluar busnya. Maka dari itu, pengemudi harus menyiasati hal ini dengan berbagai hal. Misalnya teknik berkendara yang tepat agar tidak boros bahan bakar, langsung segera mengisi bbm begitu ganti tanggal. Pihak PO juga harus menyiapkan beberapa strategi, misalnya langsung mengisi BBM semua unit bus cadangan untuk bus operasional,” kata sopir PO Raya itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.