Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNKT Sebut Indonesia Krisis Sopir Bus dan Truk Berkompetensi

Kompas.com - 24/11/2022, 07:22 WIB
Dio Dananjaya,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyaknya kecelakaan yang melibatkan bus dan truk salah satunya disebabkan karena kurangnya kemampuan sopir dalam mengantisipasi masalah.

KNKT mengidentifikasi terdapat lack of competency pada pengemudi, di mana hal ini tidak ter-cover melalui mekanisme pengambilan SIM maupun pelatihan.

“Masalah ini ada di Transjakarta, Pertamina, dan sebagainya. Ini masalah yang krusial Pak Dirjen. Kita krisis pengemudi, kemudian kita krisis kompetensi,” ujar Achmad Wildan, Investigator Senior KNKT, dalam tayangan Youtube Ditjen Perhubungan Darat (22/11/2022).

Baca juga: Adu Mesin Innova Zenix dan Innova Reborn, Mana Lebih Bertenaga?

Menurutnya, 90 persen penyebab kecelakaan kendaraan niaga adalah para sopir tidak paham sistem rem, tidak paham dashboard instrumentasi, dan tidak paham pre trip inspection.

“Mungkin bapak akan terkejut, hasil investigasi kami menemukan 90 persen masalah hard skill di pengemudi adalah mereka enggak paham sistem rem. Baik pengemudi-pengemudi perusahaan besar dan multinasional,” ucap Wildan.

Wildan menambahkan, Covid-19 selama dua tahun cukup menyisakan masalah cukup besar bagi transportasi jalan, di mana saat ini baik angkutan orang maupun barang kekurangan pengemudi.

Baca juga: Alasan Kijang Innova Zenix Kini Pakai Penggerak Depan

Wildan menyebut bahwa para pengusaha angkutan telah banyak kehilangan pengemudinya karena alih profesi selama pandemi, dan tidak kembali lagi.

KNKT juga mengidentifikasi risiko fatigue pada pengemudi bus pariwisata dan kendaraan barang sangat tinggi.

Hal ini di antaranya dipicu karena kurang lengkapnya regulasi yang mengatur jam kerja dan tempat istirahat pengemudi.

Baca juga: Tips Aman Melintas di Jalan Tol Trans-Sumatera yang Panjang

“Kemudian masalah fatigue, ini menghantui Pak Dirjen. Jadi kita bikin aturan mengenai aturan waktu istirahat dan sebagainya, tetapi kapan dan di mana mereka istirahat kita enggak mengatur. Bus kita bagaimana tempat istirahatnya, di rest area, di jalan tol, kemudian di tempat wisata,” kata Wildan.

Wildan juga mengatakan, konsep aturan yang mengatur tempat istirahat buat pengemudi menjadi angin segar bagi kemajuan transportasi darat. Diharapkan aturan ini bisa mengurangi risiko fatigue pada pengemudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
karena sopir dianggap pekerjaan sisa sisa oleh masyarakat indo, pokoknya bisa bawa mobil udah bisa jadi sopir tanpa ada pelatihan khusus


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau