JAKARTA, KOMPAS.com – Honda ADV 160 membawa ubahan utama pada sektor performa, di mana mesin telah mengusung teknologi eSP+ yang identik dengan PCX 160.
Dapur pacu berkapasitas 157,9 cc SOHC 4 katup berpendingin cairan itu, diklaum sanggup memproduksi tenaga 15,8 tk pada 8.500 rpm dan torsi maksimum 14,7 Nm pada 6.500 rpm.
Bila dibandingkan dengan ADV 150 yang mengusung mesin SOHC berkapasitas 149,3 cc ada perbedaan performa.
Baca juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Aragon 2022, Bagnaia Pole Position
Honda ADV model lama hanya menghasilkan tenaga 14,3 tk pada 8.500 rpm, semetara torsinya 13,8 Nm pada 6.500 rpm.
Saat dijajal di jalan perkotaan, penyaluran tenaga ADV 160 rupanya sangat bertenaga. Melaju stop and go di tengah kemacetan terasa ringan tanpa beban.
Putaran gas tak perlu dipuntir terlalu dalam, motor sudah apat melaju cepat. Efeknya konsumsi bahan bakar bisa ditekan agar lebih irit.
Baca juga: BBM Pertalite Dibatasi, Ini Skema Pembeliannya di SPBU
Lalu saat dibawa ke rute luar kota, mesin ADV juga terasa mumpuni berkat teknologi 4 katup yang diusungnya.
Napas mesin terasa cukup panjang di berbagai rute, membuat performanya bisa dibilang "nendang" di putaran atas.
Sementara handling, saat dibawa menikung di jalur berkelok tidak begitu istimewa, lantaran ban yang digunakan merupakan tipe dual purpose. Tapi sejauh ini performanya cukup baik di trek aspal.
Kemudian performa suspensi ketika dipakai melaju di jalan rusak cukup nyaman. Terutama untuk bagian depan yang tergolong empuk.
Baca juga: Anggota Konsorsium Baterai Motor Listrik Bertambah Jadi 21 Merek
Adapun suspensi belakang terasa agak keras saat dipakai sendirian. Sementara ketika berboncengan ayunannya lebih lembut.
Jika Anda sering melewati jalanan perumahan yang dipenuhi polisi tidur, melaju dengan ADV 160 bakal lebih nyaman.
Karena bantingan sokbreker yang empuk serta ground clearance motor yang cukup tinggi di antara skutik gambot 150 cc.
Baca juga: Stargazer Tekuk Xenia tapi Masih di Bawah Xpander dan Avanza
Meski suspensi empuk, kenyamanan ADV 160 agak berkurang lantaran jok yang diusungnya lebih tipis dari model lama. Namun masih terasa cukup tinggi dan membuat pengendara dengan tinggi 161 cm harus jinjit saat berhenti di lampu lalu lintas.
Joknya juga terasa keras dan panas, bahkan bokong akan terasa pegal terutama setelah melewati perjalanan lebih dari 1 jam.
Beruntung pengendara bisa lebih rileks berkat dek yang luas dengan dua posisi kaki, bisa selonjoran atau posisi normal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.