Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahayanya Pakai Ban Vulkanisir di As Roda Depan Bus

Kompas.com - 05/09/2022, 16:21 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ban vulkanisir memang umum digunakan pada operator bus. Mengingat ban vulkanisir lebih ekonomis daripada harus membeli ban baru saat alur di telapak sudah habis.

Perlu diketahui, vulkanisir adalah proses pemasangan telapak baru pada ban bus yang sudah botak. Jadi daripada membeli ban baru, ban botak yang kondisinya masih bagus bisa divulkanisir untuk dipakai kembali.

Namun, penggunaan ban vulkanisir tidak bisa sembarangan dan ada aturannya. Tertulis pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Baca juga: Tak Hanya Soal Solar, Pengusaha Bus Juga Dibayangi Kelangkaan Ban

Bus AKAP baru PO SAN dengan bodi Legacy SR2 PanoramaDOK. LAKSANABUS Bus AKAP baru PO SAN dengan bodi Legacy SR2 Panorama

Tertulis kalau ban depan bus tidak boleh pakai yang sudah vulkanisir. Alasannya adalah demi keselamatan bus saat beroperasi.

Kurnia Lesani Adnan, Direktur Utama PO SAN mengatakan, armadanya juga memakai ban vulkanisir tapi hanya untuk ban belakang dan cadangan.

"Iya, ada di SPM dan kalau dipasang posisi ban tunggal depan bahaya. Ban vulkanisir rentan ngelotok terus meledak," kata pria yang akrab disapa Sani kepada Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Baca juga: Cara Irit Mengendarai Mobil Matik di Tengah Kenaikan Harga BBM


Sani mengatakan, untuk ban vulkanisir punya masa pakai yang lebih rendah daripada ban baru. Jika dibandingkan, ban vulkanisir usia pakainya cuma sekitar 60 persen daripada ban baru.

"Jadi vulkanisir dipakai di belakang untuk alasan keselamatan. Masa pakainya pun rendah, hanya 60 persen dari ban asli (belum vulkanisir)," ucap Sani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com