Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Skutik Lebih Irit BBM, Perhatikan 4 Hal Ini

Kompas.com - 18/08/2022, 16:31 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Populasi sepeda motor matik alias skutik di Tanah Air, cukup tinggi dibanding model lainnya.

Meski menawarkan kemudahan, namun satu hal yang tak boleh diabaikan adalah urusan perawatan. Tak hanya agar lebih awet, perawatan yang baik juga menjaga performa mesin hingga konsumsi bahan bakar minyak (BBM). 

Kepala Bengkel Honda Zirang Motor Semarang Nurhadi Muslim menjelaskan, skutik bisa lebih irit tergantung dari cara berkendara dan perawatan yang wajib berpatokan pada petunjuk servis berkala. 

Baca juga: Bolehkah Menggunakan Tambahan Aditif BBM pada Mobil?

Lantaran itu, pemilik skutik baiknya memperhatikan beberapa hal berikut ini untuk menjaga keiritan bahan bakar, yakni :

  • Teknik Bukaan Gas

Wartawan saat melakukan test ride All New Honda Vario 160 saat peluncuran di AHM Safety Riding and Training Center, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (2/2/2022). Vario 160 tipe CBS dibanderol Rp 25.800.000 sedangkan tipe ABS dibanderol Rp 28.500.000. Semua harga on the road (OTR) DKI Jakarta.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Wartawan saat melakukan test ride All New Honda Vario 160 saat peluncuran di AHM Safety Riding and Training Center, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (2/2/2022). Vario 160 tipe CBS dibanderol Rp 25.800.000 sedangkan tipe ABS dibanderol Rp 28.500.000. Semua harga on the road (OTR) DKI Jakarta.

Nurhadi mengatakan, teknik bukaan gas yang baik akan membua bahan bakar yang tersalurkan sempurna sesuai dengan kebutuhan ruang bakar. 

Beda halnya dengan berkendara motor yang asal geber, selain konsumsi BBM jadi boros, bagian skutik lainnya juga umur pakainya lebih pendek. 

"Gaya berkendara yang benar buka tuas throttle (gas) secara perlahan, atau bahasa teknisnya diurut. Laju motor yang konstan dari start hasilnya konsumsi BBM lebih irit," ucapnya kepada Kompas.com, belum lama ini. 

  • BBM

Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021). Pemerintah berencana menghapus BBM RON 88 Premium  dan RON 90 Pertalite sebagai upaya  mendorong penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021). Pemerintah berencana menghapus BBM RON 88 Premium dan RON 90 Pertalite sebagai upaya mendorong penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.

Penggunaan oktan BBM yang sesuai standar pabrikan juga dianjurkan untuk menjaga agar sistem pengapian mesin tetap stabil. Pasalnya, bensin oktan rendah tak bisa terbakar sempurna di dalam ruang bakar.

Dengan begitu, mesin membutuhkan lebih banyak bahan bakar. Menurut Nurhadi, bahan bakar di luar spesifikasi pabrikan juga rawan memicu terjadinya masalah mesin, salah satunya penumpukan kerak. 

"Kerak karbon dan kotoran ruang bakar bisa menganggu jalannya mekanisme pembakaran mesin. Mesin bisa mengalami knocking karena deposit karbon yang menumpuk," katanya. 

  • Tekanan Udara Ban


Seorang petugas outlet pengisian ban dengan nitrogen di salah satu SPBU Pertamina di Jalan Margonda, Depok sedang melayani pelanggan pada Kamis (8/2/2018).
Kompas.com/Alsadad Rudi Seorang petugas outlet pengisian ban dengan nitrogen di salah satu SPBU Pertamina di Jalan Margonda, Depok sedang melayani pelanggan pada Kamis (8/2/2018).

Aan Nugroho Product Product Development Manager Otobox Supermarket Ban Indonesia mengatakan, tekanan udara ban yang di bawah standar, permukaan alur ban yang bergesekan aspal lebih banyak.

Gaya gesek yang semakin besar akan mempengaruhi beban kerja mesin. Dampaknya akan berpengaruh terhadap konsumsi BBM. 

Baca juga: Impresi Singkat S-Presso yang Jadi Mobil Termurah Suzuki

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com