JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyatakan Indonesia akan berhenti memasarkan mobil bermesin konvensional pada 2050. Hal tersebut masuk dalam peta jalan dalam upaya menuju nol emisi alias net zero emission (NZE) pada 2060.
Kondisi tersebut mendatangkan beragam reaksi, khususnya dari pelaku industri otomotif di Tanah Air yang selama ini sudah banyak memproduksi mobil dengan mesin bensin ataupun diesel. Salah satunya seperti Toyota.
Menanggapi rencana tersebut, Bob Azam, Direktur Corporate Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan pada dasarnya sangat menghormati upaya pemerintah, karena di tiap negara juga punya rencana-rencana serupa.
Baca juga: Alasan Toyota Indonesia Mulai Produksi Mobil Hybrid
"Kita hormati, tapi kami juga ingin menyampaikan bahwa yang tak kalah penting ini adalah antara 2021 ini sampai 2050 itu kita mau apa? karena masih ada mobil konvensional, masih ada mobil used car yang beredar juga," kata Bob saat berbincang dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.
Bob mengatakan, persoalannya untuk saat ini sampai 2050 nanti adalah bagaimana industri otomotif bisa berkontribusi untuk mulai menurunkan atau mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan dari kendaraan konvensional.
Hal ini bukan sekadar bicara dari segi produk atau mobil saja, tapi juga emisinya. Intinya, bagimana mobil-mobil konvensional yang masih diproduksi dan beredar saat ini bisa lebih efesien.
"Termasuk yang mobil elektrifikasi itu bagaimana harus bisa lebih efesien, jadi semuanya diharapkan untuk mengurangi emisi sebelum nanti di 2050 kita akan zero karbon," ujar Bob.
Baca juga: Curhat Kemenhub, Soal Konversi sampai Baterai Tekor Setelah Dicas
Sedangkan saat ditanya kesiapan Toyota terkait road map yang sudah diumumkan ESDM, Bob mengatakan saat ini posisinya bukan siap atau tidak, tapi bagaimana mempersiapkannya. Hal tersebut karena TMMIN sendiri berdiri sebagai pelaku industri yang ada di Indonesia.
Untuk hal kesiapan, menurut Bob ada banyak hal, tapi yang paling penting adalah dari Sumer Daya Manusia (SDM). Karena jangan sampai nantinya ketika menuju kendaraan dengan emisi yang bagus malah industri menggunakan tenaga dari luar.
"Karena begitu kita masuk ke emisi, teknologi baru di Toyota sudah mengindentifikasi kurang lebih ada 40 keahlian baru. Mulai dari yang mengerti ahli konversi, baterai, energi alternatif, industri hijau, finansial, salesnya dan lain sebagainya. Jadi bagaimana kita bisa mempersiapkan itu semua, jangan hanya cepat, tapi SDM juga harus siap," ucap Bob.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.