JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini dugaan skandal yang melibatkan bengkel resmi PT Astra Honda Motor (AHM), yakni Astra Honda Authorized Service (AHASS) ramai di media sosial.
Kabar tersebut awalnya diungkapkan oleh warganet yang mengaku sempat mengikuti pelatihan gratis dan langsung melihat kejadiannya.
Contohnya seperti teknisi yang meminta pemilik untuk mengganti suatu komponen, padahal kondisinya masih baik. Atau mengumpulkan sisa oli yang tidak dituangkan seluruhnya.
Baca juga: Taat Bayar Pajak, Kendaraan Akan Ditempel Stiker Hologram
Kondisi ini secara langsung mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen untuk melakukan servis di bengkel resmi. Bahkan tak sedikit konsumen yang cenderung memilih bengkel umum untuk merawat kendaraannya.
Hermas Efendi Prabowo, Ketua Umum Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN), mengatakan, ada beberapa alasan yang membuat bengkel umum lebih dipercaya konsumen.
“Kalau di bengkel umum, semua bisa kita lihat langsung. Konsumen controlling langsung, karena ruang antara workshop dan customer sangat egaliter,” ujar Hermas, kepada Kompas.com (31/10/2021).
Baca juga: 11 Kendaraan Tabrakan Beruntun di Tol Cikampek, Pahami Rumus 3 Detik
“Jadi istilahnya konsumen bisa jalan-jalan ke dalam bengkel, tahu mobil atau motornya sedang dikerjakan, mengerti masalah kendaraannya,” kata dia.
Hermas mengklaim tingkat penyelewengan di bengkel umum relatif lebih kecil. Sebab, konsumen bisa melihat langsung saat montir melakukan pekerjaannya.
“Kenapa? Karena bisa lihat langsung. Kalau montir lagi bongkar, konsumen kalau mau bisa nongkrongin. Jadi kalau terkait kasus itu, sebetulnya tergantung konsumen, karena dia sendiri yang menentukan harus ke bengkel mana,” ucap Hermas.
Baca juga: Berburu Honda Stream Bekas, Berapa Kisaran Harganya?
Meski begitu, Hermas tak memungkiri ada saja bengkel umum yang suka menipu konsumen. Namun menurutnya, konsumen saat ini sudah pintar memilih bengkel umum yang bagus dan bisa dijadikan rujukan.
“Masih ada bengkel yang hobi kasih angin surga, misal ada kerusakan apa, dia bilang gampang, paling cuma segini. Tapi begitu dibenerin, masih nambah ini itu,” kata Hermas.
“Di sini kami juga mau edukasi ke teman-teman, lebih baik kita ngomong sesuatu yang fair saja di depan. Ada perbaikan sekian sampai sekian. Bisa murah, jelaskan saja, tetapi kita mesti pakai spare part bekas atau KW. Jadi konsumen ketika memutuskan, dia mengerti,” ucap Hermas, melanjutkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.