JAKARTA, KOMPAS.com - Ban menjadi satu-satunya komponen pada sebuah kendaraan yang menyentuh permukaan jalan. Oleh sebab itu dibutuhkan ban dengan kualitas yang baik agar kendaraan dapat melaju dengan aman dan nyaman.
Teknologi pada ban pun terus berkembang seiring berjalannya waktu. Selain teknologi run flat tire (RFT) atau ban yang dapat tetap melaju meski tanpa tekanan udara, ada pula teknologi yang bernama seal inside tire.
Seal inside tire merupakan ban yang memiliki kemampuan dapat menambal sendiri bila terjadi lubang akibat tertusuk benda tajam. Ban jenis ini memiliki komponen sejenis gel yang melapisi permukaan dalam ban secara rata.
Baca juga: Marak Pencurian Sepeda Motor, Ini 4 Cara Bikin Sulit Maling Beraksi
Namun jangan sampai salah kaprah. Teknologi RFT tidaklah sama dengan seal inside tire. Ada perbedaan mendasar di antara kedua teknologi tersebut.
Independent Tire & Rim Analyst Bambang Widjanarko pun menjelaskan secara detail perbedaan antara teknologi RFT dengan seal inside tire.
Bambang menjelaskan seal inside tire merupakan pengembangan lebih lanjut dari tire paste, yakni pasta yang dimasukkan ke permukaan dalam ban tubeless yang berfungsi menambal secara otomatis jika terdapat lubang.
Baca juga: Bocor, Tampang Toyota Voxy Model Baru Jadi Mirip Alphard
Kelemahannya, pasta akan menggumpal sehingga selalu bergerak ke segala arah saat ban berjalan. Hal ini mengakibatkan ban tidak bisa di-balancing. Maka dari itu diciptakanlah seal inside tire.
"Dari pabrikan menciptakan ban yang (permukaan dalamnya) diolesi pasta seperti gel. Nanti saat (ban) tertusuk paku, ketika paku ditarik, secara otomatis karena perbedaaan tekanan udara, gel tersebut akan tertarik mengisi lubang tersebut. Gel ini tebalnya kira-kira 2-3 milimeter," kata Bambang kepada Kompas.com, Minggu (25/7/2021).
Sementara RFT merupakan teknologi penguatan dinding ban agar ban tetap bisa melaju dalam kondisi darurat tanpa ada tekanan udara di dalam ban.
Baca juga: Modal Rp 30 Juta, Tampilan Toyota Fortuner Berubah Jadi Legender
"Run flat tire (RFT) merupakan ban yang masih bisa berjalan meski tekanan udara di dalamnya habis. Dinding samping ban dipertebal sehingga lebih kokoh. Dinding ban cukup kuat untuk menahan agar pelek tidak terbentur permukaan aspal jalan," kata Bambang lebih lanjut.
Namun ia mengungkapkan ada kelemahan yang dimiliki oleh teknologi RFT. Sekali ban tersebut melaju dalam keadaan tidak ada tekanan udara akibat bocor, maka tidak akan bisa diperbaiki lagi. Karena kondisi ban akan compang-camping usai beraksi melaju tanpa tekanan udara.
"Ban ini mampu menyelamatkan si pengemudi dan kendaraannya, tapi dirinya sendiri akan hancur. Tidak bisa di-repair lagi akhirnya harus dibuang, ganti dengan yang baru," kata Bambang menambahkan.
Baca juga: All New Yamaha R15 Tertangkap Kamera Saat Uji Jalan
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan, Bambang menggarisbawahi perbedaan mendasar antara kedua teknologi ban tersebut.
Seal inside tire masih dapat diperbaiki dan digunakan kembali dengan batas kemampuan tertentu usai mengalami beberapa kali kebocoran.
Berbeda jauh dengan teknologi RFT yang sekali bocor dan beraksi melaju tanpa tekanan udara, maka ban tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi karena kondisinya yang sudah tidak layak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.