Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim Sopir, Alasan Klasik Angkutan Barang Sering Kecelakaan

Kompas.com - 20/04/2021, 19:01 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan mencatat tingkat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan barang di Indonesia terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Bahkan sejak dua tahun lalu, kontribusi kecelakaan truk dan bus ini jadi yang terbesar nomor dua setelah sepeda motor. Padahal pada 2018 lalu hanya berada di peringkat ketiga.

Sekretaris Jenderal Indonesian Multimodal Transport Association (IMTA), Kyatmaja Lookman mengungkapkan, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Satu di antaranya ialah adanya devisit atas pengemudi angkutan barang.

Baca juga: Banyak Diakali Pemudik, Polisi Bakal Periksa Ketat Truk

Kecelakaan dua truk besar di ruas Tol Jagorawi KM 11+700, Cipayung, Jakarta Timur, arah Jakarta, menyebabkan arus lalu lintas Tol Jagorawi arah Jakarta padat merayap, Kamis (19/12/2019).Twitter @TMCPoldaMetro Kecelakaan dua truk besar di ruas Tol Jagorawi KM 11+700, Cipayung, Jakarta Timur, arah Jakarta, menyebabkan arus lalu lintas Tol Jagorawi arah Jakarta padat merayap, Kamis (19/12/2019).

"Saat ini kita mengalami devisit pengemudi angkutan barang. Artinya, di sektor terkait pengemudi yang kompeten sangat sedikit sehingga tingkat kecelakaan menjadi tinggi," ujarnya dalam diskusi virtual, Selasa (20/4/2021).

"Untuk diketahui, pengemudi (angkutan barang) itu alumni kernet karena permintaannya tinggi memang tinggi tapi sumber daya tidak ada. Jadi, para kernet tertentu terpaksa jadi pengemudi," lanjut Kyatmaja.

Di satu sisi, hingga saat ini belum ada pembimbingan khusus bagi para pengemudi angkutan barang sebelum melakukan ekspedisi atau jalankan kendaraanya.

"Kalau pengemudi kendaraan pribadi, itu ada les-nya untuk membantu mereka dalam mendapatkan SIM dan lulus uji kompetensi. Tapi untuk pengemudi angkutan barang tidak ada selain pengalaman jadi kenek," kata dia.

Baca juga: Ladies, Jangan Nekat Pakai High Heels Saat Mengemudi

Ilustrasi kecelakaan bus di jalan bebas hambatan. Sumber: Shutterstock Ilustrasi kecelakaan bus di jalan bebas hambatan. Sumber: Shutterstock

Padahal, tugas menjadi asisten atau pembantu pengemudi dengan pengemudi tunggal alias utama sangatlah berbeda. Efek jangka panjang, tingkat kemampuan pengemudi angkutan barang turun.

Tidak sampai di sana, izin angkutan barang pun menjadi sorotan khusus karena tidak ada syarat dan ketentuan khusus. Sehingga, tidak jarang alat angkut yang digunakan tidak laik.

"Izin jadi angkutan barang juga seperti bebas saja, jadi kalau beli alat angkut (kendaraannya), mereka sudah bisa melakukan kegiatan terkait. Ini yang patut diberikan atensi lebih untuk menekan tingkat kecelakaan," ucap Kyatmaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau