BrandzView
Konten ini Kerjasama Kompas.com untuk edukasi mengenai Mobil ramah lingkungan

Ingin Punya Mobil Ramah Lingkungan? Berikut 4 Mesin Mobil yang Bisa Kamu Pilih

Kompas.com - 23/03/2021, 15:32 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Produsen otomotif berlomba-lomba meluncurkan kendaraan ramah lingkungan. Konsep kendaraan tersebut merupakan jawaban dari industri otomotif untuk mengatasi perubahan iklim akibat emisi karbon.

Untuk itu, industri otomotif pun terus berinovasi menawarkan kendaraan dengan mesin yang menghasilkan emisi gas buang rendah sekaligus hemat energi.

Lantas, apa saja mesin kendaraan ramah lingkungan yang telah dikembangkan industri otomotif dan sedang naik daun saat ini? Berikut ulasannya.

Hybrid electric vehicle (HEV)

Mesin hybrid electric vehicle (HEV) atau hibrida menggabungkan dua jenis mesin sebagai penggerak mobil, yakni mesin bertenaga bensin dan motor listrik.

Baca juga: Jangan Salah, Ini Beda Mobil PHEV, HEV dan BEV

Meski menggunakan istilah elektrik, mesin HEV masih mengandalkan mesin konvensional berbahan bakar bensin sebagai mesin utama. Sementara itu, motor listrik digunakan sebagai tenaga tambahan.

Adapun mesin hibrida tidak dilengkapi fitur pengisi daya eksternal untuk mengisi ulang baterai motor listrik. Daya pada baterai diisi dengan memanfaatkan putaran mesin, laju kendaraan, dan energi dari pengereman.

Meski efisien dalam penggunaan bahan bakar, mesin HEV cukup bertenaga. Sebagai perbandingan, performa mesin hybrid dengan kubikasi 2,5 L bisa setara dengan mesin konvensional berkapasitas 3,5 L. Hal ini berkat perpaduan mesin konvensional dan motor listrik pada mesin HEV.

Kelebihan lainnya, mobil hybrid bisa meminimalisasi emisi gas buang. Emisi karbon yang dihasilkan hanya berkisar antara 70-80 gram per kilometer.

Baca juga: Ragam Teknologi Mobil Listrik yang Ada di Indonesia

Selain mampu mengurangi polusi hingga sebesar 90 persen, mobil hybrid nyaris tak mengeluarkan suara sehingga nyaman dikendarai.

Sebagai informasi, keberadaan mobil hybrid tak lepas dari tangan dingin insinyur asal Austria, yaitu Ferdinand Porsche. Melansir thedrive.com, Selasa (24/4/2018), Porsche berhasil menciptakan mobil bermesin hybrid pada 1902.

Mobil yang diberi nama "Mixte" itu memiliki dua mesin seperti mesin HEV yang ada saat ini. Namun, mobil dengan mesin HEV baru diproduksi massal pada 1997 oleh salah satu brand mobil ternama. Mobil hibrida ini diluncurkan pertama kali pada tahun yang sama di Jepang.

Plug-in hybrid electric vehicle (PHEV)

Lebih canggih dari HEV, ada pula mobil dengan mesin berteknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV). Mobil ini merupakan pengembangan lanjutan dari hybrid.

Baca juga: Banyak yang Belum Paham Perbedaan Mobil BEV, HEV dan PHEV

Dari aspek sistem operasi, tak ada perbedaan signifikan antara PHEV dan HEV. Perbedaan antara keduanya terletak pada tambahan kapasitas baterai yang dilengkapi dengan fitur charger listrik untuk mengisi baterai secara mandiri.

Kapasitas baterai yang digunakan mesin PHEV lebih besar dari HEV, yaitu mencapai 8 kWh hingga 13 kWh. Baterai ini bisa diisi dengan menghubungkan charger ke stasiun pengisian listrik atau stopkontak di rumah.

Baterai juga bisa diisi dengan memanfaatkan kinerja mesin dan energi dari pengereman seperti pada mesin HEV.

Berkat fitur charging, mobil bermesin PHEV setingkat lebih irit dari mobil bermesin HEV. Pasalnya, isi daya mesin listrik tidak harus mengandalkan energi dari putaran mesin konvensional maupun pengereman.

Baca juga: Deretan Mobil Listrik dan Hybrid di Indonesia, Paling Murah Rp 400 Jutaan

Perbedaan lain dengan mesin HEV, PHEV dilengkapi dua mode mesin, yakni all-electric mode dan hybrid mode. Biasanya, mobil PHEV berada di all-electric mode saat awal penggunaan hingga baterai habis. Kemudian, mobil akan beralih ke hybrid mode.

Adapun saat menggunakan all-electric mode, mobil PHEV mampu menempuh jarak 12-150 kilometer (km), tergantung jenis mobil dan kondisi lalu lintas selama perjalanan.

Berkat teknologi tersebut, mesin PHEV hanya menghasilkan emisi karbon sekitar 45-50 gram per kilometer. Emisi karbon ini lebih kecil dibandingkan mesin HEV

Battery electric vehicle (BEV)

Bila mesin HEV dan PHEV masih menggunakan mesin konvensional, mesin berteknologi battery electric vehicle (BEV) sepenuhnya menggunakan baterai sebagai sumber tenaga.

Baca juga: Sudah Kenal Mesin Turbo, Tapi Sudah Tahu Apa Itu Intercooler?

Mobil dengan mesin BEV umumnya disebut sebagai mobil listrik. Mobil ini juga bergantung pada fasilitas charging station.

Karena itu, pemilik mobil BEV harus cermat dalam memperhitungkan jarak dengan kapasitas baterai yang tersisa.

Adapun baterai yang digunakan pada mesin BEV berbeda-beda, tergantung sistem yang diaplikasikan pada mobil. Baterai paling populer yang digunakan adalah lithium-ion (Li-On).

Selain itu, ada pula nickel-metal hybrid (NiMH), lead acid (SLA), ultracapacitor, dan zero emissions batteries research activity (ZEBRA).

Baca juga: Begini Cara Mudah Rawat Mobil Mesin Turbo

Berkat tenaga yang bersumber hanya dari listrik, mobil bermesin BEV dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan mobil dengan mesin HEV maupun PHEV. Emisi karbon yang dihasilkan BEV berkisar 0-5 gram per kilometer.

Di Indonesia, ekosistem mobil listrik tengah dipersiapkan, baik dari aspek kebijakan maupun infrastruktur pengisian daya baterai.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (4/2/2021), pada 2020, Indonesia menargetkan pembangunan 180 charging station, baik berupa stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) maupun stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di seluruh Indonesia.

Pada 2025, pemerintah menargetkan 2.465 charging station sudah terbangun dan siap melayani pemilik mobil listrik.

Baca juga: 5 Mobil Ramah Lingkungan yang Pantas Jadi Mobil Menteri

Tak hanya itu, pemerintah juga menargetkan perusahaan-perusahaan otomotif mulai memproduksi mobil listrik di Indonesia pada 2022. Dengan demikian, harga mobil listrik bisa ditekan.

Sebagai informasi, saat ini harga mobil bermesin BEV masih terbilang tinggi, yakni antara Rp 596 juta hingga di atas Rp 1 miliar. Hal ini karena teknologi yang diadopsi terbilang canggih dan harga baterai di pasaran masih sangat tinggi.

Turbocharger (turbo)

Salah satu mesin mobil yang diklaim hemat bahan bakar sekaligus ramah lingkungan adalah mesin yang mengadopsi perangkat turbocharger (turbo).

Seperti diketahui, gas buang atau emisi yang dihasilkan kendaraan merupakan salah satu penyebab polusi udara. Hal ini disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna pada mesin.

Baca juga: Greta, Motor Listrik Modifikasi dari Bahan Ramah Lingkungan

Untuk mengurangi emisi tersebut, campuran bahan bakar dan udara di ruang pembakaran harus sesuai. Dengan demikian, mesin bisa menghasilkan pembakaran sempurna.

Pembakaran sempurna bisa pula didapatkan dengan menambahkan turbocharger pada mesin. Komponen ini berfungsi untuk menambah volume udara bertekanan tinggi ke ruang bakar.

Turbocharger memanfaatkan energi panas pada gas buang mesin untuk menambah kompresi dan tekanan udara pada ruang bakar.

Gas buang tersebut kemudian dilewatkan ke sebuah turbin untuk diubah menjadi energi mekanis putaran poros.

Baca juga: Pemerintah Harus Paksa Produsen Otomotif Jual Mobil Ramah Lingkungan

Selanjutnya, kompresor yang berada satu poros dengan turbin akan memanfaatkan energi mekanis untuk menyediakan lebih banyak udara ke dalam ruang bakar.

Kompresi campuran antara udara dan bahan bakar tersebut menghasilkan daya mesin di ruang bakar kendaraan menjadi lebih besar. Dengan demikian, mesin turbo dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar pula.

Setidaknya ada tiga manfaat yang bisa didapat bila menggunakan mesin turbo. Pertama, kendaraan jadi lebih irit bahan bakar. Untuk mesin diesel, efisiensi bahan bakar bisa mencapai 40 persen. Sementara, efisiensi bahan bakar pada mesin turbo bensin mencapai 20 persen.

Kedua, emisi gas buang yang dihasilkan mesin turbo lebih sedikit, yaitu mencapai 80 gram per kilometer. Angka ini lebih kecil dari ketentuan regulasi gas buang sebesar 125 gram per kilometer.

Baca juga: Apa Fungsi Turbo pada Mesin Mobil?

Ketiga, turbo bisa menghasilkan tenaga lebih besar meski kapasitas silinder mesin di bawah 1.500 cc dibandingkan mesin nonturbo.

Nah, itulah deretan mesin kendaraan ramah lingkungan yang kini populer. Selain mesin-mesin tersebut, kendaraan konvensional juga memasuki era baru dengan konsep mesin yang lebih bersih.

Dengan menggunakan mesin seperti dual variable valve timing with intelligence (VVT-i), variable valve timing and lift electronic control (i-VTEC), double overhead camshaft (DOHC), single overhead camshaft (SOHC), intelegent dual sequential ignition (I-DSI), dan electronic fuel injection (EFI), mesin konvensional mampu memberikan performa lebih baik serta penggunaan bahan bakar lebih sedikit.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com