JAKARTA, KOMPAS.com - Pegunungan, bukit, hingga pantai yang membatasi antar satu wilayah, sedikit menggambarkan kondisi daerah terpencil di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara geografis, daerah ini berada di bawah kaki gunung Mandiri yang merupakan wilayah pesisir.
Sebagian masyarakat Larantuka saat ini masih tinggal di daerah perbukitan, yang bagi siapapun sulit menjangkau lokasi permukiman warga. Apabila turun hujan, karena belum aspal maka jalan pun seketika berlumpur dan licin. Belum lagi, berdebu saat musim kemarau melanda kawasan itu.
Kondisi ini juga belum termasuk minimnya alat transportasi massal di daerah itu. Alhasil, menghambat segala aktivitas warga termasuk dari sektor kesehatan, di mana banyak kasus ibu hamil meninggal dunia karena tidak tertolong ketika mengalami masalah menuju persalinan, seperti ketuban pecah sebelum waktunya, kontraksi perut di kehamilan prematur, hingga kasus darurat pada pasien umum.
Baca juga: Nonton MXGP Sambil Jajal Honda CRF
Melihat keprihatinan seperti itu, dan tidak mau korban terus berjatuhan, serta ingin memajukan daerahnya dari keterbelakangan terutama masalah kesehatan dan transportasi, Mansetus Kalimantan Balawala (47 tahun) berinisiatif mengembangkan program menggunakan ambulans sepeda motor.
Inisiatif cerdas itu dijalankan oleh Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) di Larantuka sejak 2002. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang didirikan oleh Mansetus itu menyediakan dan mengelola motor untuk tenaga medis, kemudian digunakan melayani pasien di desa terpencil yang sulit dijangkau mobil dinas pemerintah maupun kendaraan umum.
Kepada KOMPAS.com, Sabtu (19/12/2020) Mansetus yang juga berperan sebagai Koordinator serta Direktur YKS menjelaskan, sejak 2002 hingga kini sudah memiliki 15 unit motor. Kendaraan roda dua itu hanya dimodifikasi sedikit, yaitu menggunakan boks di bagian belakang untuk menyimpan perlengkapan medis.
Baca juga: Penjualan Mobil Group Astra Turun 7,5 Persen pada November 2020
"Kami kini menggunakan Honda CRF150, karena motor ini yang paling cocok dengan kondisi, serta kontur medan jalan di desa-desa terpencil di Larantuka," ucap Mans panggilan akrabnya.
Mans bercerita, sebelum hadir ambulans motor, kasus kematian cukup tinggi dalam 1 tahun bisa mencapai 20 orang. Namun program yang dikerjakan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur itu pun berhasil menurunkan angka kematian di wilayah kerja YKS, dari 20 kasus kematian ibu pada 2002 menjadi 1 kasus pada 2012.
Selanjutnya, pada 2013 terdapat total 6 kasus kematian Ibu di Kabupaten Flores Timur, namun di wilayah yang diintervensi ambulans motor 0 kasus, angka kematian bayi 0-11 bulan, total 78 kasus, di wilayah program YKS hanya 11 kasus, kematian anak 0-59 bulan, total 49 kasus, di wilayah program hanya 4 kasus.
Tahun berikutnya, total kasus kematian ibu di Flotim sebanyak 4 kasus, di daerah dampingan YKS 0 kasus, sedangkan angka kematian bayi 0-11 bulan total 66 kasus, di wilayah dampungan YKS 0 kasus, kematian Balita 0-59 bulan di Flotim 10 kasus, di daerah dampingan YKS, 0 kasus.
"Data itu sebagai contoh bahwa ambulans motor begitu berperan penting di daerah kami. Agar tetap bisa terlaksana dengan baik, maka program ini dikelola dengan sistem kerusakan minimum (zero breakdown) untuk memastikan motor selalu dalam kondisi siap pakai kapan pun dibutuhkan," tutur dia.
Kini, yayasan ini pun memilih fokus bekerja dan menjangkau di Kecamatan Lewolema, Solor Barat, Tanjung Bunga, Woltan Ulumado dan Adonara Tengah. Wilayah tersebut termasuk susah diakses oleh kendaraan roda dua ataupun roda empat sekalipun.
Baca juga: Astra Tol Cipali Siap Hadapi Libur Natal dan Akhir Tahun
Sepeda motor yang dimiliki YKS awalnya dibeli secara pribadi oleh Mans. Namun seiring berjalannya waktu, mulai berdatangan bantuan dari berbagai pihak sehingga terus bertambah dan unitnya pun semakin bisa mendukung aktivitas para tenaga medis untuk menjalankan tugasnya.
Masing-masing Puskesmas di 5 kecamatan mendapatkan 3 unit motor Honda CRF150, dan tersedia dua motor cadangan yang digunakan untuk melakukan monitoring melihat kondisi kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Jumlah ini masih tidak sebanding dengan volume penduduk yang menggunakan jasa transportasi itu dan luasnya wilayah jangkauan, sebab ketika mengalami kondisi kesehatan darurat mereka harus dilayani petugas kesehatan setempat.