Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Terjun ke Jurang, Pemerintah Harus Perketat Proses Pembuatan SIM B

Kompas.com - 12/11/2020, 15:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus bus terjun ke jurang baru terjadi di dekat lokasi Obyek Wisata Religi Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (10/11/2020). Sebanyak 34 penumpang mengalami luka ringan dan 30 lagi selamat.

Berdasarkan pengakuan sopir, bus mengalami rem blong dan menghindari minibus yang bergerak dari arah berlawanan. Oleh karena itu, bus dibelokkan ke arah kiri dan terjun ke jurang. Beruntung tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini.

Menanggapi kejadian ini, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, kejadian rem blong semata-mata bukan karena kendaraannya, melainkan kurangnya skill pengemudi.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Jika Bertemu Mobil Pelat Nomor Dewa di Jalan?

Satlantas Polres Tasikmalaya langsung memasang garis polisi guna penyelidikan kecelakaan bus masuk jurang di Jalan Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (10/11/2020) dini hari tadi. aKOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Satlantas Polres Tasikmalaya langsung memasang garis polisi guna penyelidikan kecelakaan bus masuk jurang di Jalan Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (10/11/2020) dini hari tadi. a

“Permasalahannya, technical skill yang pengemudi peroleh hanya berdasarkan dari pengalaman, tidak berbasis dari sebuah pelatihan. Sehingga, ketika ada sesuatu yang terjadi, maka hanya mengandalkan naluri dan referensinya saat itu,” kata Jusri kepada Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Sedangkan jika berdasarkan pelatihan, ada SOP, mekanisme, dan strukturnya saat menghadapi kondisi darurat seperti rem blong. Pengemudi kendaraan niaga seperti truk dan bus itu memiliki tanggung jawab yang besar sekali.

“Seharusnya perlakuan pemerintah dalam meluluskan pengemudi truk atau bus itu betul-betul ditangani secara komprehensif. Jadi harus ada pendidikan, sehingga orang tidak hanya berangkat dari pengalaman,” ucap Jusri.

Baca juga: Lebih Murah dari Rush-Terios, Kia Sonet Dijual Awal 2021

Jusri mengatakan, patut diduga dari kejadian rem blong ini, pengemudi tidak tau atau tidak bisa menerapkan prosedur safe braking yang benar. Sehingga, yang terjadi, rem mengalami overheat pada konstruksinya.

“Pengemudi bisa saja dalam memperlambat laju bus, hanya bergantung pada service brake. Padahal, ada retarder atau exhaust brake untuk melakukan perlambatan supaya beban kerja service brake tidak berat,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau