JAKARTA, KOMPAS.com – Dunia usaha perlu menyiapkan strategi khusus yang adaptif, kreatif dan produktif guna menciptakan peluang seiring menggeliatnya perkonomian nasional. Ketika perekonomian membaik, pelaku usaha tidak ketinggalan dan kehilangan momentum untuk memacu kinerja mereka.
Menteri Perekonomian RI, Airlangga Hartarto mengatakan, indikator terbaru Indonesia telah menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi. Hal ini terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) pada Agustus 2020 yang tercatat sebesar 51 atau lebih baik dari PMI Maret 2020 yakni 28.
Indikasi lainnya, neraca perdagangan Indonesia berada dalam tren perbaikan. Data terbaru menunjukkan pada September 2020, surplus neraca perdagangan mencapai US$2,44 miliar, naik dari 2,3 miliar dollar AS pada Agustus 2020.
Baca juga: Honda Vario 125 CBS Berubah Lebih Jantan, Bisa Libas Segala Medan
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan perekonomian tumbuh 5,0 persen pada 2021, lebih baik dibandingkan perkiraan tahun ini yang telah direvisi di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Emily mengatakan, saat pandemi, banyak pelaku bisnis hanya berfokus pada strategi reaction seperti penerapan protokol kesehatan, tetapi melupakan tiga strategi lainnya yakni recession, rebound, dan reimagine.
Selain itu, krisis ekonomi dan kesehatan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tidak hanya pola hidup masyarakat tetapi juga pola bisnis.
Baca juga: Diskon Mobil Murah November Ini, Honda Brio Tembus Rp 20 Juta
“Pandemi yang membuat masyarakat harus bekerja dari rumah dan sebisa mungkin tidak keluar rumah, telah mendorong industri e-commerce berkembang pesat. Dampaknya industri logistik juga mengalami pertumbuhan di masa pandemi Covid-19,” ucap Ernando dalam siaran resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (4/11/2020).
Data Kementerian Keuangan menyebutkan, selama pandemi, transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi dengan total nilai transaksinya meningkat 9,9 persen menjadi Rp20,7 triliun.
Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy memproyeksikan, pada 2025, ukuran pasar e-commerce di Indonesia mencapai US$ 50 miliar, lebih besar dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, ataupun Vietnam.
Menurut Yusuf, dengan berkembangnya industri teknologi digital seperti e-commerce, tentu ada efek multiplier yang dirasakan industri lain termasuk di dalamnya industri logistik. Sebagai salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM), Isuzu mencoba membidik sektor logistik.
“Kami dari Isuzu mencoba menghadirkan solusi komprehensif dengan meningkatkan produktivitas unit kendaraan yang digunakan oleh pelaku usaha, termasuk sektor logistik,” kata Ernando.
Sejumlah hal yang dilakukan Isuzu untuk mendukung produktivitas pelaku usaha meliputi penyediaan armada yang irit bahan bakar dan siap dengan Euro-4 hingga menyediakan solusi biaya kepemilikan dan operasional yang paling kompetitif.
Baca juga: Bus Tingkat Terbaru Ramaikan Transjawa, PO Laju Prima dan Murni Jaya
“Peningkatan produktivitas unit ini penting karena menjadi salah satu kunci untuk menyeimbangkan kenaikan biaya operasional dan investasi,” kata dia.
Alhasil, pangsa pasar Isuzu mulai meningkat mulai Juni 2020. Pangsa pasar Isuzu pada Juni 2020 tercatat 25,7 persen, lalu naik menjadi 28,6 persen pada Juli, sedikit melemah di Agustus menjadi 25,1 persen, kemudian meningkat menjadi 26,3 persen pada September 2020.
Sementara itu, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan penjualan mobil wholesales di Indonesia berangsur membaik pada Juni yakni 12.623, lalu Juli 25.283, Agustus naik lagi menjadi 37.277, dan September menjadi yang tertinggi selama pandemi Covid-19 yakni 48.554 unit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.