Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Kemenhub Tekan Angka Kecelakaan di Jalur Rawan Cipali

Kompas.com - 13/08/2020, 16:21 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur Tol Cipali cukup banyak memakan korban jiwa. Beberapa insiden sering terjadi, mulai dari tabrak belakang, hingga fenomena mobil dari lawan arah yang keluar jalur dan mengantam kendaraan lain.

Contohnya seperti kasus yang beberapa hari lalu yang melibatkan Isuzu Elf dan Toyota Rush di KM 184. Akibat sopir Elf yang mengantuk, akhirnya travel tersebut oleng dan menyebrang jalur berlawan lalu menghantam Rush yang tengah menuju Jakarta.

Banyak kajian mengenai seringnya kasus mobil yang berpindah jalur ke arah berlawanan di Tol Cipali, salah satunya akibat tak ada pembatasan jalan di tengah kedua ruas tersebut.

Baca juga: Alternatif Kurangi Kecelakaan Tol Cipali karena Tanpa Pembatas Jalan

Menanggapi hal ini, Direktur Lalu Lintas Jalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Darat Sigit Irfansyah mengatakan, memang absennya pembatas di tengah juga menjadi salah satu faktor, tapi yang utamanya tetap dari sisi kondisi pengemudi sendiri.

Polisi mengevakuasi bangkai kendaraan pasca kecelakaan maut di KM 184 Tol Cipali, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/8/2020).KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Polisi mengevakuasi bangkai kendaraan pasca kecelakaan maut di KM 184 Tol Cipali, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/8/2020).

"Betul, soal pembatas itu juga menjadi konsentrasi kami, tapi kalau dilihat runutannya itu faktor utama tetap ada di sisi pengemudinya. Rata-rata kecelakaan dengan menyebrang ke jalur berlawanan akibat pengedara yang sudah lelah atau mengantuk bila di luar dari masalah teknis masalah kendaraan ya," kata Sigit kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2020).

Sigit menjelaskan, ruas Tol Cipali kerap dilintasi oleh pengendara yang akan dan dari wilayah Jawa Tengah.

Sebelum masuk ke Cipali, rata-rata pengendara sudah melakukan perjalanan lebih dari 3-4 jam yang terkadang tanpa disadari bisa menimbulkan kelelahan bagi sopir.

Faktor lelah dan mengantuk makin diperparah ketika sopir melakukan perjalanan malam hari. Selain karena faktor visibillitas yang minim, monotonnya rute lintasan lurus juga membuat sopir bisa lengah dan kehilangan kendali.

Baca juga: Tanpa Pembatas Jalan, Tol Cipali Langganan Kecelakaan Pindah Jalur

Sigit menjelaskan saat ini ada tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang sedang melakukan investigasi pasca-kecelakaan tersebut. Diharapkan bakal ada beberapa masukan yang didapat untuk menekan angka kecelakaan di sana.

Suasana sepi saat Lebaran pertama di ruas tol Cikampek-Palimanan, Subang, Jawa Barat, Minggu (24/5/2020). Pemerintah memberlakukan larangan mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Suasana sepi saat Lebaran pertama di ruas tol Cikampek-Palimanan, Subang, Jawa Barat, Minggu (24/5/2020). Pemerintah memberlakukan larangan mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.

"Kemarin KNKT juga sudah mengusulkan untuk memasang pita kejut di beberapa ruas sepanjang Tol Cipali yang sekiranya rawan untuk memberikan peringatan ke pengendara," ucap Sigit.

"Untuk pembatas di tengah, itu juga menjadi salah satu hal yang akan kami usulkan ke pihak operator, tapi pertanyaannya apakan dengan memasang pembatas juga bisa menjamin mengurangi risiko kecelakaan, karena itu kajiannya memang harus dipikirkan matang-matang," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau