Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Human Error, Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Truk

Kompas.com - 20/01/2020, 12:38 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini, kecelakaan truk sering terjadi di Indonesia. Salah satu faktor terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan adalah faktor dari manusia atau human error.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kyatmaja Lookman, Wakil Ketua Umum Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia). Menurutnya, sebanyak 60 persen hingga 70 persen kecelakaan truk disebabkan oleh human error.

Baca juga: Ini 3 Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Truk

"Kecelakaan itu banyak terjadi karena manajemen waktu berkendara yang kurang baik, sehingga supir jadi mengantuk. Mengantuk ini menduduk peringkat pertama penyebab kecelakaan," ujar Kyatmaja, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Kecelakaan truk di Tol Jakarta-CikampekRidwan Aji Pitoko Kecelakaan truk di Tol Jakarta-Cikampek

Kyatmaja menambahkan, mengantuk juga bisa disebabkan karena macet dan waktu kerja menjadi panjang. Akibatnya, fatigue atau kelelahan terjadi. Idealnya, tiap empat jam itu pengemudi harus beristirahat.

"Tapi, masalahnya fasilitas rest area untuk truk itu tidak banyak di jalan, khususnya di tol. Sehingga, sangat menyulitkan melakukan manajemen waktu berkendara," kata Kyatmaja.

Selain itu, Kyatmaja juga menyebutkan tentang skill, knowledge, dan attitude. Hampir semua pengemudi truk adalah mantan kernet. Sebab, tidak ada sekolah mengemudi khusus truk.

Baca juga: Cegah Insiden, Rest Area Harus Punya Parkiran Khusus Truk dan Bus

"Kejadian di rest area KM 97 beberapa waktu lalu ini lebih parah, karena pengemudinya bahkan tidak memiliki SIM. SIM itu Surat Izin Mengemudi, artinya yang bersangkutan diijinkan mengemudi. Tapi, bukan jaminan mengenai skill, knowledge, dan attitude," ujar Kyatmaja.

Menurutnya, banyak pengemudi yang tidak memiliki keterampilan yang memadai, seperti menjaga kecepatan, memanfaatkan engine brake dengan menggunakan gigi rendah saat turunan tajam.

"Beberapa malah melakukan pengereman terus menerus. Sehingga, kehabisan angin dan menyebabkan rem blong," kata Kyatmaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau