Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkot Full AC Ini Anti-Ngetem

Kompas.com - 09/01/2020, 16:38 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comAngkot kerap menjadi penyebab kemacetan di Ibu Kota. Sistem setoran yang ketat, membuat transportasi umum masyarakat ini berebut penumpang, terkadang sampai melanggar aturan, berhenti sembarang, sampai ngetem di pinggir jalan.

Tapi, kini berbeda dengan angkot Jak Lingko. Angkutan perkotaan yang sudah full AC sehingga nyaman digunakan warga Jakarta.

Dijumpai Kompas.com di bilangan Stasiun Tanah Abang, Kamis (9/1/2020), Angkot yang sudah banyak beroperasi ini hanya berhenti di halte bus, jadi tidak sembarangan.

Angkot ini juga sudah menerapkan penggunaan kartu Jak Lingko. Sehingga hanya warga yang menggunakan kartu tersebut yang bisa naik. Terminalnya juga sudah khusus, terpisah dari angkot lain yang regular.

Angkot tidak ngetem dikarenakan jumlah armada yang akan datang setiap tiga menit sekali. John Heppian, salah satu sopir angkot full AC ini, mengatakan, kalau dari koperasinya juga tidak menyarankan untuk mengetem, nanti terjadi antrian angkot.

Baca juga: Kendala Toyota HiAce Buat Jadi Angkot di Jakarta

foto dari dalam angkot ber-acFathan foto dari dalam angkot ber-ac

“Kalau kita enggak disarankan untuk ngetem, karena setiap tiga menit nanti ada terus angkotnya. Kalau ngetem nanti malah antri angkot yang lain,” cerita John kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Namun angkot Jak Lingko diwajibkan untuk berhenti sejenak pada setiap halte bus yang dilewati. Hal tersebut tentunya sangat baik karena tidak mengganggu lalu lintas. Penumpang yang naik juga harus turun pada halte bus, tidak boleh di pinggir jalan umum.

Angkot Full AC ini tidak ngetem juga karena sistem gaji yang bukan dengan target penumpang, tapi dengan target jarak, yaitu 180 km setiap harinya. Jam operasi dari angkot ini dimulai dari jam 05:00 pagi sampai 22:00 WIB.

“Satu angkot dua supir mas, shift pertama jam 05.00-13.00 dan shift kedua jam 13.00-22.00. Kita enggak boleh ngetem, soalnya target perharinya itu 180 km per orang dan kalau kurang dari itu, gajinya yang dikurangi,” kata John.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com