Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak SMK Ciptakan Alat Pengurai Kemacetan di Lampu Merah

Kompas.com - 07/08/2019, 13:11 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) persimpangan jalan diatur berdasarkan waktu yang sudah ditentukan. Sehingga lama penggiliran lampu merah di tiap arus punya waktu yang relatif sama.

Kendalanya, saat salah satu arus jalan lebih ramai dari yang lain hal ini bisa mengakibatkan penumpukan. Sebab lama waktu antara lampu merah di persimpangan tidak ditentukan berdasarkan prioritas.

Baca juga: Apa Kabar Regulasi Kendaraan Listrik?

Alat pengurai kemacetanKOMPAS.com/Gilang Alat pengurai kemacetan

SMK Texar Karawang, Juara 2 Katergori Sciene, kontes Toyota Eco Youth ke-11 punya ide menarik untuk mencegah kemacetan di persimpangan jalan. Caranya dengan membuat alat bernama ''Alat Pengurai Kemacetan.''

"Dengan alat ini lamanya lampu merah diprogram dengan cara melihat kondisi sekitar, jadi tidak hanya terpaku pada setingan. Program ini bisa memberi prioritas, mana lampu hijau yang harus menyala lebih lama," kata Nurhayat Arif, Kepala Program Tronik Mektronika, SMK Texar Karawang, Selasa (6/8/2019).

Alat pengurai kemacetanKOMPAS.com/Gilang Alat pengurai kemacetan

Baca juga: Komparasi Harga Mobil Bekas SUV Murah, Mulai Rp 150 Jutaan

Cara Kerja

Arif menerangkan, cara kerja alat ini menggunakan sensor di tiap persimpangan. Sensor tersebut ditaruh dengan jarak antara 15 meter - 20 meter dari posisi lampu merah, atau bisa ditaruh lebih dekat atau jauh sesuai keinginan.

Saat mobil berhenti menunggu lampu merah dan mengenai sensor, artinya arus di situ sedang padat dan berpotensi macet. Sensor akan mengirim sinyal untuk membuat lampu hijau lebih lama menyala ketimbang arus lain yang kosong.

Alat pengurai kemacetanKOMPAS.com/Gilang Alat pengurai kemacetan

"Bila foto sensor mendeteksi mobil macet itu dia akan memberi sinyal kepada PLC atau Programable Logic Controller. PLC di sini akan mengarahkan input yang tadinya macet itu akan memberi prioritas hijau lebih lama. Dia tidak akan berubah merah sebelum sensor gerak," kata Arif.

Arif mengatakan, alat ini sudah pernah diuji coba pada Desember 2018 di salah satu arus persimpangan di Klari, Karawang. Hasilnya kata dia, pihak Dishub menilai alat buatan anak-anak SMK ini bisa bermanfaat kalau dikembangkan lagi.

"Macet panjang berarti ada emisi gas buang dan ada bahan bakar yang terbuang. Saya lebih suka alat ini dinamakan pengurai, karena sifatnya dinamis, dia bisa melihat yang mana yang lebih macet," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau