Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Sulit Beraksi "Freestyle" Pakai Moge 1.000 cc

Kompas.com - 20/08/2018, 15:24 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi video Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam seremoni pembukaan Asian Games 2018, sampai saat ini masih hangat diperbincangkan. Adegan freestyle menggunakan moge sport Yamaha FZ1 berkubikasi 998 cc mendapat sambutan hangat dari para pelaku freestyler di Indonesia.

Nah, bicara soal sepeda motor dalam dunia freestyle sebenarnya tidak menjadi patokan utama. Pada dasarnya semua motor yang digunakan bisa dijadikan media untuk diajak "berdansa", tinggal bagaimana keahlian dari bikers tersebut mengendalikannya.

Menurut Reza SS, anggota dari Straight Line Xtream yang juga juri Indonesia Stunride Assosiaction, mengatakan bila motor yang kerap digunakan untuk freestyle justru berkubikasi di bawah 1.000 cc.

Baca juga: Ingin Punya Moge seperti yang Dipakai Jokowi, Siap-siap Kecewa

"Kalau di kejuaraan tingkat internasional, lebih banyak moge 600 cc, jarang yang pakai 1.000 cc. Biasanya motor 1.000 itu hanya untuk show saja," kata Reza saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/8/2018).

Reza menjelaskan, moge 1.000 cc memiliki keterbatasan dari sisi dimensi yang lebih panjang, selain itu bobot kendaraan juga lebih berat, belum lagi dengan tenaga mesin yang terlalu besar. Kondisi tersebut dinilai menjadi faktor utama karena membuat freestyler tidak terlalu bebas bergerak sehingga trik yang ditampilkan tidak banyak.

Yamaha FZ1 Naked- Yamaha FZ1 Naked

Tapi bukan berarti moge 1.000 cc tidak bisa digunakan, bahkan bukan hanya jenis sport saja, moge-moge bergenre touring pun juga bisa. Tap balik lagi, secara trik tidak akan sama dengan dengan motor yang memang proper untuk digunakan.

"Gerakan si freestyler tidak akan sebebas saat menggunakan motor 600 cc atau bahkan motor dengan cc lebih kecil. Pada dasarnya memang semua motor bisa digunakan untuk beraksi, tapi untuk 1.000 cc sendiri bila digunakan mungkin akan banyak modifikasi untuk menyesuaikan rider-nya. Contoh saat saya pakai Harley, gerakan yang dilakukan tidak banyak, hanya bisa burn out," ujar Reza.

Baca juga: Kata Komunitas Freestyle soal Video Aksi Jokowi


Secara terpisah, Wawan Jarwanto alias Wawan Tembong yang juga freestyler profesional, mengatakan pernah menggunakan Yamaha FZ1 untuk beraksi. Secara profesional, Wawan menilai moge Paspampres ini memang memiliki kriteria berbeda dari moge sport lain.

"Untuk FZ1 yang dipakai oleh Saddum untuk video pak Jokowi itu moge sport cc besar yang paling enak. Wheelbase dan bobot totalnya lebih ringan, aku juga pernah coba, tapi mungkin kalau 1.000 cc lainnya itu beda cerita, lagian FZ1 juga sudah tidak produksi lagi kalau tidak salah," ucap Wawan kepada Kompas.com di waktu yang sama.

Wawan mengatakan beberapa kali pernah menggunakan moge di atas 600 cc untuk beraksi. Mulai dari Yamaha R1 sampai motor keluaran Inggris, Triumph Street Triple 765.

Wawan Tembong freestyler asal Indonesiadok.Yamaha Wawan Tembong freestyler asal Indonesia
Baca juga: Moge Jokowi Tidak Dijual Resmi, Ini Alternatif Pilihannya

Menurut Wawan, moge 1.000 cc memang tidak mudah untuk dipakai freestyle, perlu ada penyesuaian baik dari sisi motor ataupun pengendaranya. Penyesuaian dilakukan agar rider lebih bisa banyak mengeksplore trik, namun risikonya ubahan motor akan cukup ekstrem.

"Motor moge besar itu biasanya jarak jok belakang dan tangki sangat jauh, bikin rider kesulitan jadi ada yang dimodifkasi. Tapi bila soal handling harusnya mirip-mirip, tidak signifikan bedanya, hanya butuh adaptasi saja," kata Wawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau