Jakarta, KompasOtomotif – Masyarakat Indonesia di kelas menengah ke bawah mendominasi penyerapan produk otomotif dalam negeri. Jika dipisahkan dari harga, untuk mobil, segmen terbesar ada pada Rp 200 juta ke bawah, segmen mobil murah (LCGC) atau Avanza CS (LMPV). Sedangkan porsi terbesar dari sepeda motor, adalah produk di bawah Rp 20 juta (entry level).
Meski mencakup pasar terbesar, tetapi buat perusahaan pembiayaan seperti Adira, segmen tersebut memiliki risiko kredit macet yang lebih besar, dibandingkan dengan kategori mobil di atasnya. Ini lantaran kondisi keuangan mereka yang rentan goyah.
“Tentunya kalau sepeda motor semakin rendah harganya (entry level) akan lebih tinggi resikonya, sama seperti mobil. Seperti misalnya kalau kita bicara pembeli mobil CR-V dengan produk yang ada di segmen LCGC, itu kualitasnya pasti beda, yang tinggi lebih bagus,” ujar Hafid Hadeli, Direktur Utama Adira Finance, Kamis (31/8/2017).
“Jadi kredit macet itu atau non performing loan (NPL) disumbang oleh segmen entry level. Sementara untuk model yang harganya lebih mahal, bisa dikatakan konsumennya juga lebih mapan,” ucap Hafid.
Sampai saat ini, kata Hafid, total kredit macet Adira Finance disumbang paling banyak dari sepeda motor, dibandingkan mobilnya. Secara total, NPL Adira sampai semester pertama 2017 sebesar 1,9 persen, mengalami kenaikan dari 1,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Ini terbilang flat, kenaikannya hanya 0,1 persen,” ujar Hafid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.