KOMPAS.com – Turbo, deru, dan semua sensasi dunia otomotif menjadi tiga hal yang membuat seratusan mobil beraneka gaya datang ke gelaran Blackauto Battle yang pada putaran ke-3 ini berlangsung di Surabaya, Sabtu (26/8/2017).
Ratusan mobil datang dari Surabaya sendiri, lalu juga Malang, Yogyakarta, Semarang, bahkan Jakarta. Semua berkumpul di mal teranyar kota pahlawan, Grand City, untuk turut dalam ajang pencarian jawara modifikasi maksimal yang penjuriannya melibatkan asosiasi APACT alias Asia Pacific Car Tuning ini.
Gaya tiap-tiap mobil tersebut dipilah-pilah sesuai tradisi Blackauto Battle, yaitu Blackauto Modify (mobil modifikasi), Black Out Loud (audio), dan BlackAuto Dyno Test yang selalu memancing keramaian karena menjadi ajang adu mesin-mesin galak.
Pembagian yang terakhir, BlackAuto Dyno Test, kemudian menyingkap keunikan pegiat otomotif di Surabaya, yang terwakilkan dari kehadiran sejumlah sedan Honda untuk adu kekuatan mesin di atas mesin dyno test yang secara spesial didatangkan dari Australia.
"Di sini, Honda-Honda-nya bagus-bagus karena ada (rumah performa) Pro Mobile. Mesin-mesin H20, H22, ada semua. Tembus 200 HP untuk NA itu wuh luar biasa banget. (Mitsubishi) Evo-nya juga kuat-kuat, di atas seri 7-8-9," kata Boy Prabowo, mewakili tim juri Blackauto Battle.
Jika sejumlah Honda turun di kelas NA—alias natural aspirated atau pembakaran yang memakai isapan udara secara alami (bukan turbo)—maka sejumlah Mitsubishi Evo turun di kelas mesin turbo.
Boy pun bercerita mengenai salah satu peserta yang urung tampil gara-gara mengalami kerusakan sil di mesin menjelang acara. Menurut dia, peserta tersebut seharusnya ikut kelas FI atau forced induction, kategori mesin yang asupan udaranya memakai alat pendorong, seperti turbo.
“Kalau dipaksa, baling-baling turbonya jebol, serpihan-serpihannya bisa berantakan keluar dari knalpot," ujar Boy menggambarkan sensasi kultur mesin-mesin berperforma, yang di Surabaya awalnya memang "dipanaskan" lewat ajang ini.
Menurut cerita Boy, sejak Blackauto Battle, animo untuk oprek mesin di Surabaya menjadi besar sampai akhirnya ada investor dari kota itu yang tertarik membeli sebuah mesin dyno test.
"Biasanya kan di Jakarta (yang punya mesin dyno test). Jadi sekarang ada dua kota lagi, satu Solo, satu di Surabaya ini. Mereka terpancing dari acara ini," tambahnya.
Demam panggung
Putaran per menit mesin mobil-mobil yang masuk arena dyno test bisa melebihi 9.000 RPM yang berarti menekan jarum takometer hingga melewati batasnya.
Namun, peserta seharusnya punya teknik dan tidak main geber untuk memperoleh catatan daya yang tepat di atas "panggung" dyno test.
"Jangan langsung geber. Naikin dulu dengan posisi gigi bertahap 1-2-3-4. Setelah di gigi 4 (putaran roda sudah seiring mesin dyno test), baru tekan gas. Putaran dyno itu menahan (hanya) sampai 40 km/jam. Selepas itu, gas sampai mentok, sampai krrretek... (tiruan bunyi putaran puncak mesin)," urai Boy.
Akhirnya, beberapa mobil dengan mesin turbo mendapat giliran naik "panggung". Sebagian terlihat sukses, seperti Mitsubishi Evo 9 dan Nissan GTR yang menjadi jawara kelas free for all (FFA) dengan catatan 447 HP dan 471 HP, sementara sebagian lagi terlihat murung.
“Kadang orang sudah main geber dulu. Sebenarnya kami sering kasih tutorial. Cuma kan namanya demam panggung... (mereka yang awalnya sudah tahu, tetapi akhirnya) jadi seperti tiba-tiba tidak paham," kata Boy.
BlackAuto Dyno Test juga menjadi tempat meraih sensasi tersendiri bagi mesin-mesin NA yang pada hari itu rekornya diraih Rinto dengan Honda Estilo biru. Sensasinya adalah, sekalipun tanpa turbo, mesin mobil Rinto bisa memuntahkan 234,6 HP.
"Banyak yang sudah diganti di mesin ya. Ini mesinnya sendiri punya Integra (salah satu tipe mobil sport spesial Honda)," kata Rinto, yang memiliki bengkel perbaikan bodi khusus asuransi di Surabaya.
LCGC 8 roda dan penghormatan untuk mendiang
Sensasi dunia otomotif di BlackAuto Battle tidak hanya performa dan perubahan bentuk mobil hasil modifikasi, tetapi juga tekanan kekuatan audio tanpa memutar musik atau sound preassure level.
Bagi pengunjung yang iseng mau tahu soal sensasi sound preassure level (SPL), mereka diajak masuk kabin minibus Daihatsu Gran Max milik tim Begundal dan merasakan bagaimana efek tersebut menggetarkan seisi mobil hingga ke kaca-kacanya.
Suguhan yang diadakan setelah lomba foto Instagram bagi pengunjung dengan seorang model berpakaian minim tersebut juga memberikan gambaran tentang ajang SPL yang masuk dalam segmen Black Out Loud, yang lucunya, final di kelas bebasnya dimenangi mobil kecil Hyundai Getz.
Biasanya, pemenang SPL adalah mobil-mobil berkabin besar seperti MPV karena berarti memiliki ruang lebih lapang untuk memuat perangkat audio yang lebih banyak.
Pada final itu juga, yang pengumuman puncaknya disampaikan sekitar pukul 23.00, sebuah mobil delapan roda, yang ternyata LCGC Honda Brio Satya (milik Farid dari tim Mukidi), menjadi "juara dari juara" atau diistilahkan The Champ.
Piala itu diberikan karena mobil yang sudah delapan ban, dan masih dipasangi turbo pula tersebut mengumpulkan banyak piala kategori, dari Best Xtreme Engine, Best Modified City Car, hingga Best Xtreme Exterior.
"Rasanya lega, pecah, bisa menang di Surabaya. Ya ini semua berkat dukungan bengkel John's Speed di Yogyakarta," ujar Farid yang enggan menyebut dana total modifikasi, dan mengaku masih akan menyempurnakan mobilnya jelang final Blackauto Battle di Bandung, 19 November.
Final untuk wilayah Surabaya juga menjadi tempat bagi dua jawara dari klub Revenge, masing-masing adalah Honda Jazz (milik Deny) dan Toyota Innova (milik Fuan), yang uniknya kompak kalau semua mobil di klub itu memakai stiker bertulisan sama.
Tulisan dalam bahasa Inggris itu berbunyi "All of you are the witness that my heart belongs to Revenge Family - Reiner Wan2Try - ".
"Rainer adalah teman kami. Dia meninggal tiga bulan yang lalu karena stroke. Dia sendiri pemilik bengkel Wan2Try yang banyak ikut andil di klub, dan sering jadi penasihat. Ini jadi semacam tribute, penghormatan buat dia," kata Rafael, Wakil Ketua Klub Revenge.
Pada akhirnya, Rainer "melihat" sendiri balasan kesetiaan yang diberikan teman-temannya lewat podium di tempat II dan III dalam ajang yang sesuai slogannya merupakan My Ride, My Pride ini.