Jakarta, KompasOtomotif – Total pasar sepeda motor dalam negeri pada semester pertama 2017 masih belum menggembirakan. Pasalnya, dibanding periode yang sama tahun lalu, mengalami penurunan sampai 8 persen.
Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial Asosisasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) mengatakan kepada KompasOtomotif, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan, terutama untuk wilayah di luar Ibu Kota.
“Jadi penurunan ini sebabnya awal tahun daya beli konsumen berat, karena kenaikan ongkos jasa, misalnya kepengurusan STNK dan BPKB naik. Sementara itu, untuk di daerah-daerah, jadwal panen itu mundur, di mana sebelumnya direncanakan pada Februari dan Maret, tapi jadi tertunda,” ujar Sigit, Jumat (14/7/2017).
Sigit menambahkan, kalau masyarakat yang bergerak di bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga ikut terpukul karena kenaikan biaya listrik. Itu membuat mereka kesulitan dan merasa berat, untuk menaikkan harga produknya ke konsumen, sehingga berakibat pada tergerusnya profit.
“Kemudian, kalau motor itu pengaruhnya hingga ke sektor Perkebunan Inti Rakyat (PIR), contohnya kalau harga karet bagus, langsung bulan depannya naik (jualan sepeda motor),” ucap Sigit, walalupun dirinya mengakui kalau harga komoditi-yang mulai membaik di beberapa daerah di luar pulau Jawa-mulai sedikit berefek positif.
Asa semester 2
Meski begitu, AISI berharap kalau semester kedua akan mengalami perbaikan dibanding enam bulan pertama ini. Di mana sebelumnya disebutkan ada proyeksi untuk bisa sampai 6 juta unit tahun ini.
“Pada semester kedua harapannya dari gaji ke-13 dan 14 saja. Itu mudah-mudahan bisa mendongkrak penjualan. Kemudian berharap dari sisa-sisa panen yang tertunda di semester pertama, akan berlangusng di enam bulan kedua, dan biasanya terjadi di September-Oktober,” kata Sigit.
“Ditambah lagi harapan dari sektor real yang mulai bergerak, pasti daya beli akan tumbuh kembali,” tutur Sigit.