Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Pengetesan Ban Bridgestone di Indonesia dan Thailand

Kompas.com - 25/07/2024, 16:12 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Bridgestone merupakan salah satu merek ban mobil yang banyak dipercaya konsumen. Pabrikan ban ini punya proses panjang dalam melakukan pengetesan terhadap produknya.

Fisa Rizqiano, Deputy Head of OE Sales PT Bridgestone Tire Indonesia, mengatakan, tes jalan untuk ban Bridgestone dilakukan tergantung dari produknya. Pasalnya, Bridgestone juga memiliki Technical Center yang ada di Thailand.

Baca juga: Hadir di GIIAS 2024, Bridgestone Bawa Jajaran Produk Terbaru

"Untuk yang dikembangkan secara regional, kita ada Technical Center yang ada di Thailand, dilakukan semuanya di situ," ujar Fisa, kepada Kompas.com, saat ditemui di sela-sela pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, belum lama ini.

Tim Kompas.com mencoba keandalan Ecopia EP300 Enliten di Bridgestone Proving Ground. 
DOK.Bridgestone. Tim Kompas.com mencoba keandalan Ecopia EP300 Enliten di Bridgestone Proving Ground.

Fisa mengatakan, proses pembuatan ban sebenarnya cukup panjang. Bahkan, sebelum ban tersebut didesain, pabrikan sudah lebih dulu melakukan tes pasar.

"Lalu, ban-ban yang sudah botak kita kumpulkan. Ratusan ban kita periksa kerusakannya seperti apa. Kemudian, dari situ kita analisis pasar Indonesia kebutuhannya seperti apa," kata Fisa.

Baca juga: Kolaborasi Bridgestone dan Forza Motorsport, Tantang Pecinta Balap

"Kemudian, baru desain, lalu prototype. Biasanya, tes yang dilakukan di Indonesia itu setelah produksi massal. Jadi, sifatnya adalah memonitor. Jadi, sebelum produksi massal, pengetesan dilakukan di Thailand," ujarnya.

Mencoba ban Bridgestone Ecopia EP300 EnlitenKompas.com Mencoba ban Bridgestone Ecopia EP300 Enliten

Fisa menambahkan, Bridgestone juga memiliki fasilitas pengetesan di Tochigi, Jepang. Salah satu tes yang dilakukan di sana adalah wear test atau tes keausan ban.

"Itu kecepatannya sangat lambat, 20 kpj hingga 30 kpj, mungkin bisa sampai sebulan lebih. Jadi, hasilnya sangat subjektif. Jadi, faktor dari eksternal juga ditiadakan," kata Fisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau