JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini pemakaian bumper belakang truk alias Rear Underrun Protection (RUP) jadi sorotan usai terjadi dua kecelakaan maut dalam relatif berdekatan.
Kejadian pertama ialah mobil Porsche yang masuk kolong belakang truk, dan kedua mobil Mitsubishi Pajero Sport yang terbelah di bagian atap karena menabrak truk dari belakang.
Baca juga: Aion Perkenalkan Sedan Listrik ES, Harga di Bawah Rp 400 Juta
Ada anggapan di masyarakat, truk malas memakai RUP karena bumper berbentuk plang di bagian belakang tersebut dapat jadi pijakan yang mempermudah gerak pencuri atau “bajing loncat.”
Dedy Untoro Harli, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng DIY, mengatakan, bumper truk yang terlalu turun memang bisa jadi pijakan maling.
“Ya memang bisa saja,” kata Dedy kepada Kompas.com, Kamis (10/7/2024).
Tapi mayoritas truk yang tidak tidak pasang RUP bukan karena takut bajing loncat. Menurut Dedy, truk yang tak pakai bumper lebih pada pertimbangan bobot dan biaya.
Baca juga: Chery Resmikan Diler Ke-32
RUP yang bagus harus kokoh, dan biasanya bobotnya berat. Bobot itu secara keseluruhan akan berpengaruh saat Uji Kir. Di sisi lain biaya akan bengkak karena pembuatan RUP dari kantung pribadi pemilik truk.
Baca juga: Harga Jasa Inspeksi Toyota Alphard Seken
"Kalau RUP makin ke bawah, makin tebal, kuat, dan berat. Nanti itu balik lagi ke biaya. Kalau yang punya truk satu atau dua unit tidak masalah, tapi kalau truknya ratusan dan ribuan, berapa?," ujarnya.
Gemilang Tarigan, pengusaha truk dan orang lama di Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), mengatakan, truk tidak pakai bumper belakang karena pemiliknya lalai.
"Tidak benar alasan RUP memudahkan bajing loncat. Tidak pakai RUP karena kesadaran saja kurang," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.