Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Oli Mesin Berlumpur Wajib Turun Mesin?

Kompas.com - 03/07/2024, 10:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Salah satu masalah sistem pelumasan adalah oil sludge atau oli berlumpur. Pemicunya bisa karena telat ganti atau terkena oli palsu.

Bila oli sudah berlumpur, maka bisa dikatakan mobil tidak lagi prima dan sebaiknya segera melakukan perbaikan. Bahkan sebagian orang menganggap perlu melakukan turun mesin.

Baca juga: Update Harga Oli Mesin Skutik per Juli 2024, Federal Oil Naik


Hardi Wibowo, Pemilik Aha Motor Yogyakarta mengatakan ketika oli mesin berlumpur memang metode paling efektif untuk pembersihan adalah overhaul atau turun mesin.

“Bisa dikatakan turun mesin yang dibutuhkan termasuk ringan, karena bila belum terlambat komponen tidak akan ada yang aus, hanya fokus pembersihan dan pengukuran saja, sehingga tidak ada biaya penggantian onderdil dalam jumlah besar,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Selasa (2/7/2024).

Hardi mengatakan, memang ada metode flushing yakni dengan menambahkan cairan aditif ke dalam oli sehingga lumpur bisa luruh dan terbuang saat proses penggantian. Namun, cara tersebut dinilai tidak efektif dan justru bisa memicu masalah lain.

Baca juga: Jarak Tempuh Tak Jadi Patokan Mutlak Penggantian Oli Mesin

Pemeriksaan kualitas oli mesin dengan selembar tisuhttps://www.kyupartners.co.id/ Pemeriksaan kualitas oli mesin dengan selembar tisu

“Flushing atau pembersihan sebagian saja tidak akan menyelesaikan masalah, justru bisa menimbulkan masalah baru, bila sampai luruhan lumpur menyumbat saluran oli,” ucap Hardi.

Hardi mengatakan luruhan lumpur oli secara besar-besaran akan berjatuhan ke bawah dan sebagian ikut bersirkulasi. Sementara lubang oli pada sistem pelumasan relatif kecil dan terdapat penyaringnya.

Menurut Hardi, lumpur tersebut berpeluang menutup saringan oli pada jalur utama sehingga berpeluang menurunkan tekanan oli sehingga pelumasan menjadi tidak optimal.

Baca juga: Penyebab Oli Mesin Mobil Harus Lebih Cepat Diganti

Manfaatkan fitur pengingat penggantian oli mesin agar tidak telat atau kelupaan.Tangkapan layar Manfaatkan fitur pengingat penggantian oli mesin agar tidak telat atau kelupaan.

“Ujung-ujungnya bila dibiarkan bisa saja lampu indikator oli sering berkedip, komponen bergerak aus seperti metal dan poros engkol dan cam, sehingga biaya suara mesin menjadi kasar dan biaya perbaikan membengkak,” ucap Hardi.

Maka dari itu, Hardi memberikan solusi turun mesin lebih dini ketika sudah dijumpai lumpur pada ruang oli mesin sebagai langkah antisipasi daripada muncul masalah lain yang lebih besar.

“Dengan membersihkan semua area oli dan mengganti ring piston set, gasket dan pengukuran, biaya turun mesin mulai Rp 6 jutaan sampai Rp 7 jutaan, tergantung jenis mobilnya” ucap Hardi.

Baca juga: Motuba Boleh Pakai Oli Mesin Kualitas Tinggi?

Oli mesin bekas bertambah dan lebih encerIST Oli mesin bekas bertambah dan lebih encer

Sementara itu, Mahfud, Pemilik GK Auto Service Gunung Kidul mengatakan selain turun mesin, penanganan oli berlumpur bisa dengan cara mengganti oli lebih sering.

“Idealnya ganti oli tiap 5.000 Km, karena ini ingin menghilangkan lumpur secara perlahan maka penggantian oli bisa tiap 1.000 Km, cara ini akan lebih minim risiko karena lumpur akan terkikis perlahan,” ucap Mahfud kepada Kompas.com, belum lama ini.

Mahfud mengatakan, sifat oli selain sebagai pelumas juga bisa sebagai pengencer kotoran oli yang menggumpal secara perlahan.

Jadi, menurut Mahfud solusi oli mesin berlumpur memang sebaiknya melakukan turun mesin untuk hasil optimal tapi cara lain bisa dengan mengganti oli lebih rutin sampai ruang oli kembali bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com