Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Mobil Mengekor Belakang Bus biar Irit BBM, Benarkah Demikian?

Kompas.com - 12/06/2024, 08:02 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagian pengemudi mobil pasti pernah mengalami kejadian hampir kehabisan BBM. Kondisi ini membuat pengemudi putar otak agar mobil bisa melaju lebih jauh dengan BBM tersisa, setidaknya sampai SPBU terdekat.

Dilansir dari Instagram @danielchtarigan, Selasa (11/6/2024), seorang pengemudi mengakali kondisi BBM yang tiris dengan mengekor bus.

Mobil tersebut mengekor sangat dekat, sampai nyaris menempel bumper belakang bus. Dalam dunia balap teknik ini dinamai slipstream.

Baca juga: Bocoran Yamaha NMAX Turbo yang Diduga Akan Meluncur

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Daniel Christian Tarigan, SH, MM (@danielchtarigan)

Namun, benarkah teknik ini mampu menghemat konsumsi BBM? Di samping itu, apakah cara ini aman?

Jusri Pulubuhu, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, cara ini memang bisa membuat konsumsi BBM jadi lebih hemat.

Karena beban kerja mesin jadi enteng. Kemudian, temperatur mesin bisa turun, mesin yang tadinya panas jadi lebih dingin. Sehingga performa mobil jadi lebih baik, yang ujung-ujungnya membuat BBM lebih hemat.

Baca juga: Trik Naik Bus Transjakarta Hanya Bayar Rp 2.000

“Tapi ini tidak bisa digunakan di jalan raya, yaitu ruang terbuka, yang tidak bisa dikendalikan, tidak bisa diprediksi. Karena bidang pandangnya jadi sempit, artinya blind spot dari sisi pengemudi besar sekali,” ucap Jusri, kepada Kompas.com (11/6/2024).

“Misalnya bus mengerem gara-gara sesuatu, artinya dia langsung menabrak dari belakang. Atau bus menghindari lubang dengan cara melewatinya di antara roda kanan dan kiri, maka dengan mudah mobil di belakang akan menghajar lubang,” kata dia.

Selain itu, untuk mendapat sisi ekonomis tidak semudah yang dipikirkan. Ukuran kendaraan harus sama. Sehingga tidak ada lag antara objek yang satu dengan objek yang membuntuti.

Baca juga: Kronologi Bule Bawa Kabur Truk di Bali, Terobos GT Bali Mandara

Tabrakan beruntun di jalan raya Ngawi – Solo tepatnya di Desa Jengrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, melibatkan kendaraan truk pengangkut tebu, mobil agya dan truk pengangkut semen. Akibat tabrakan tersebut mobil Agya mengalami kerusakan parah karena tergencet mobil truk semen dan truk tebu.KOMPAS.COM/SUKOCO Tabrakan beruntun di jalan raya Ngawi – Solo tepatnya di Desa Jengrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, melibatkan kendaraan truk pengangkut tebu, mobil agya dan truk pengangkut semen. Akibat tabrakan tersebut mobil Agya mengalami kerusakan parah karena tergencet mobil truk semen dan truk tebu.

“Kalau umpamanya satu bus, satu mobil kecil, terus aerodinamika mobil juga tidak bagus, maka angin yang lepas memberikan turbulensi,” ucap Jusri.

Maka dari itu, teknik ini harus benar-benar dilakukan dengan mepet sekali. Menurut Jusri, pengemudi harus menempel dengan jarak satu meter agar efektif.

“Karena kalau 4-5 meter tidak efektif. Harus bumper to bumper. Karena pada saat itu, aerodinamika bus menghajar angin, begitu putus, tekanan angin ke bawah, itu akan membuat kendaraan yang membuntuti terkena turbulensi,” kata Jusri.

Baca juga: Video Pengendara Motor Tendang Spion Mobil, Ini Hukum dan Ancamannya

Penyesuaian tarif integrasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang MBZ diberlakukan mulai Sabtu (09/03/2024) pukul 00.00 WIB.Dok. Jasa Marga Penyesuaian tarif integrasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang MBZ diberlakukan mulai Sabtu (09/03/2024) pukul 00.00 WIB.

“Tetapi itu adalah perbuatan bodoh sekali dalam perspektif keselamatan, karena dia tidak melihat situasi di depannya. Dia sama saja seakan-akan seperti kuda dengan mata tertutup. Dia tidak bisa memperhatikan situasi yang ada di depan bus itu,” ujarnya.

Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, mengatakan, cara ini sebetulnya tidak begitu signifikan untuk menghemat BBM. Sebab, risiko yang bakal dialami lebih besar ketimbang kehematan BBM yang didapat.

“Kalau dekat-dekat lebih irit, tapi bisa berimbas tabrak belakang,” kata Sony, kepada Kompas.com (11/6/2024).

Baca juga: Peringati HUT RI dan Jakarta, Pemprov Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan

Ilustrasi berkendara di jalan lurusKOMPAS.com Ilustrasi berkendara di jalan lurus

Menurut dia, lebih baik pengemudi menjaga jarak yang aman, sambal memperbaiki injakan pedal gas supaya lebih irit.

“Karena irit enggak selalu dengan mepet-mepet di belakang bus. Cara ini mungkin efektif kalau SPBU-nya sudah dekat,” ujar Sony.

“Kalau masih jauh kan repot, yang benar adalah merencanakan perjalanan dengan matang, dan menerapkan cara eco driving,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau