Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Video Mobil Mengekor Belakang Bus biar Irit BBM, Benarkah Demikian?

JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagian pengemudi mobil pasti pernah mengalami kejadian hampir kehabisan BBM. Kondisi ini membuat pengemudi putar otak agar mobil bisa melaju lebih jauh dengan BBM tersisa, setidaknya sampai SPBU terdekat.

Dilansir dari Instagram @danielchtarigan, Selasa (11/6/2024), seorang pengemudi mengakali kondisi BBM yang tiris dengan mengekor bus.

Mobil tersebut mengekor sangat dekat, sampai nyaris menempel bumper belakang bus. Dalam dunia balap teknik ini dinamai slipstream.

Jusri Pulubuhu, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, cara ini memang bisa membuat konsumsi BBM jadi lebih hemat.

Karena beban kerja mesin jadi enteng. Kemudian, temperatur mesin bisa turun, mesin yang tadinya panas jadi lebih dingin. Sehingga performa mobil jadi lebih baik, yang ujung-ujungnya membuat BBM lebih hemat.

“Tapi ini tidak bisa digunakan di jalan raya, yaitu ruang terbuka, yang tidak bisa dikendalikan, tidak bisa diprediksi. Karena bidang pandangnya jadi sempit, artinya blind spot dari sisi pengemudi besar sekali,” ucap Jusri, kepada Kompas.com (11/6/2024).

“Misalnya bus mengerem gara-gara sesuatu, artinya dia langsung menabrak dari belakang. Atau bus menghindari lubang dengan cara melewatinya di antara roda kanan dan kiri, maka dengan mudah mobil di belakang akan menghajar lubang,” kata dia.

Selain itu, untuk mendapat sisi ekonomis tidak semudah yang dipikirkan. Ukuran kendaraan harus sama. Sehingga tidak ada lag antara objek yang satu dengan objek yang membuntuti.

“Kalau umpamanya satu bus, satu mobil kecil, terus aerodinamika mobil juga tidak bagus, maka angin yang lepas memberikan turbulensi,” ucap Jusri.

Maka dari itu, teknik ini harus benar-benar dilakukan dengan mepet sekali. Menurut Jusri, pengemudi harus menempel dengan jarak satu meter agar efektif.

“Karena kalau 4-5 meter tidak efektif. Harus bumper to bumper. Karena pada saat itu, aerodinamika bus menghajar angin, begitu putus, tekanan angin ke bawah, itu akan membuat kendaraan yang membuntuti terkena turbulensi,” kata Jusri.

“Tetapi itu adalah perbuatan bodoh sekali dalam perspektif keselamatan, karena dia tidak melihat situasi di depannya. Dia sama saja seakan-akan seperti kuda dengan mata tertutup. Dia tidak bisa memperhatikan situasi yang ada di depan bus itu,” ujarnya.

Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, mengatakan, cara ini sebetulnya tidak begitu signifikan untuk menghemat BBM. Sebab, risiko yang bakal dialami lebih besar ketimbang kehematan BBM yang didapat.

“Kalau dekat-dekat lebih irit, tapi bisa berimbas tabrak belakang,” kata Sony, kepada Kompas.com (11/6/2024).

Menurut dia, lebih baik pengemudi menjaga jarak yang aman, sambal memperbaiki injakan pedal gas supaya lebih irit.

“Karena irit enggak selalu dengan mepet-mepet di belakang bus. Cara ini mungkin efektif kalau SPBU-nya sudah dekat,” ujar Sony.

“Kalau masih jauh kan repot, yang benar adalah merencanakan perjalanan dengan matang, dan menerapkan cara eco driving,” ucap dia.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/06/12/080200315/video-mobil-mengekor-belakang-bus-biar-irit-bbm-benarkah-demikian-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke