JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus truk yang Over Dimension dan Over Loading (ODOL) masih jadi momok di jalanan. Padahal perilaku tersebut bisa merugikan pemilik kendaraan, jadi cepat rusak dan bisa menyebabkan bahaya di jalan.
Sayangnya, anggapan pengusaha di Indonesia mengenai truk sayangnya masih banyak yang salah. Harusnya bisa melihat seperti apa truk di negara maju yang canggih dan berkeselamatan.
Hendro Sembodo, Truck Body Builder Adviso dari Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) mengatakan, di Indonesia masih dianggap kalau truk yang bisa membawa beban seberat mungkin itu sangat bagus.
Baca juga: Fenomena Klakson Telolet di Bus dan Truk, Mengkhawatirkan APM
"Indonesia menganggap truk yang bagus adalah yang muatannya berat, banyak. Tapi di Eropa, paradigmanya berbeda, mereka menyadari kalau kendaraan punya batasan," ucap Hendro di Jakarta belum lama ini.
Menurutnya, truk di Eropa digunakan sesuai dengan spesifikasinya, tidak lebih berat dari kemampuan. Sedangkan di Indonesia, masih banyak yang memaksimalkan beban yang bisa dibawa truk, padahal sudah jauh lewat dari yang diizinkan.
Baca juga: Yamaha Santai Tanggapi Gempuran Motor Listrik dari China
Aturan di Indonesia, muatan sumbu terberat di as roda depan adalah enam ton, belakang 10 ton. Kalau mau bawa beban lebih berat, maka perlu pakai truk yang as rodanya lebih banyak, artinya lebih mahal truknya.
"ODOL ini PR bersama, pemerintah tidak bisa kasih ke Kementerian Perhubungan saja, tapi ke yang lain. Contoh biaya transpor juga jadi lebih mahal. Harus ada korrdinator dari kementerian sampai Polisi," kata Hendro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.