JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran produk mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) murah dari sejumlah produsen China membuat peta persaingan kendaraan listrik dunia berubah.
Kondisi tersebut terbukti dari turunnya Tesla, pionir industri BEV, dari takhta sebagai penjual mobil listrik terlaris dunia usai dikalahkan BYD pada 2023.
Alhasil, CEO Tesla Elon Musk menyebut pihaknya akan merilis BEV yang lebih murah dengan harga sekitar 25.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 395 jutaan.
Baca juga: Kendaraan Niaga Melemah, Penjualan Isuzu Tetap Naik pada 2023
"Saya sering kali optimistis mengenai waktu. Namun, jadwal kami saat ini menunjukkan jika kami akan memulai produksi menjelang akhir tahun 2025," kata dia dikutip dari Reuters, Kamis (25/1/2024).
Musk juga memperingatkan bila pertumbuhan penjualan yang sangat rendah tahun ini karena mereka berfokus pada kendaraan baru setelah melaporkan menyusutnya margin kotor pada kuartal IV.
Tesla, dikatakannya berada di antara dua gelombang pertumbuhan, gelombang pertama didorong oleh peluncuran Model 3 dan Y masing-masing pada tahun 2017 dan 2020.
Serta, gelombang kedua yang akan dimulai dengan platform kendaraan generasi berikutnya.
Baca juga: Toyota Ingin Bikin Merek Baru, Lebih Mewah dari Lexus
Kendati tak disebutkan secara rinci mengenai platform terbaru itu, tapi ke depan harga mobil Tesla agaknya tidak akan melebihi dari yang sudah ada.
Berdasarkan riset otomotif Kelley Blue Book mengatakan harga rata-rata mobil konvensional di AS terpatok 48.800 dollar AS, sementara BEV berkisar di level 50.800 dollar AS alias setara dengan Rp 790 juta.
Adapun produsen asal China, kerap memasarkan BEV dengan banderol di bawah harga pasar yaitu Rp 500 juta ke bawah. Membuat sejumlah pabrikan di AS termasuk Tesla kewalahan menghadapinya.
Padahal investasi yang dikucurkan untuk melakukan riset dan studi di kendaraan listrik tidaklah murah. Membuat China berpotensi meraih kesuksessan di masa mendatang.
“Jika tidak ada hambatan perdagangan, maka hal ini akan menghancurkan sebagian besar perusahaan mobil lain di dunia," ucap dia.
Baca juga: Luhut: Harga Nikel Terlalu Tinggi, Berbahaya buat Ekosistem Baterai EV
Alasan mobil listrik China lebih murah
MIT Technology Review menjelaskan alasan China bisa menjual mobil listrik lebih murah karena tidak lepas dari peran pemerintahnya yang mengambil langkah untuk berinvestasi dalam teknologi terkait sangat awal, yakni sejak tahun 2001.
Kala itu, teknologi kendaraan listrik diperkenalkan sebagai proyek penelitian sains prioritas dalam rencana lima tahun China, yang merupakan deskripsi mendetail mengenai suatu rencana strategi atau blue print ekonomi tingkat tertinggi.
Kemudian, pada tahun 2007, industri ini mendapat dorongan signifikan ketika Wan Gang, seorang insinyur otomotif yang telah bekerja untuk Audi Jerman selama satu dekade, menjadi Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China.
Setelahnya, pengembangan kendaraan listrik secara konsisten diprioritaskan dalam perencanaan perekonomian nasional China.
Baca juga: Tempuh 500 Km ke Yogyakarta, Seberapa Irit Innova Zenix Versi Bensin?
Sehingga, memungkinkan China jadi pasar kendaraan listrik terbesar di dunia dan mengendalikan rantai pasokan kendaraan listrik global, termasuk bahan bakunya.
Lambat laun, China melahirkan industri kelas berat seperti pembuat baterai EV terbesar dunia, yaitu CATL dan BYD, yang menggeser Volkswagen tahun 2022 sebagai merek mobil terlaris di sana.
Keunggulan biaya dan rantai pasokan China juga berhasil menarik perusahaan asing untuk berproduksi di sana, seperti Renault, BMW, sampai Tesla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.