JAKARTA, KOMPAS.com - MotoGP musim 2023 sudah berakhir dan mencatatkan Francesco Bagnaia yang kembali jadi juara dunia.
Sepanjang musim ini berjalan, ada banyak hal yang terjadi, bahkan jadi sejarah selama MotoGP digelar.
Untuk pertama kalinya, MotoGP digelar dengan format yang baru, yakni sprint race. Balapan tidak lagi hanya ada di hari Minggu, tapi juga hari Sabtu.
Baca juga: Fabio Quartararo Tetap Tegas Sprint Race Membahayakan Pebalap
Namun, jumlah putarannya dikurangi menjadi setengah, begitu pula dengan poin yang diraih. Format ini diterapkan untuk memberikan persaingan yang semakin seru dan menambah jumlah penonton MotoGP.
Kalender MotoGP musim ini bertambah dengan adanya MotoGP India yang digelar di Sirkuit Buddh.
Meski tanpa sesi tes pra-musim, para pebalap tetap bisa beradaptasi dengan cepat di sirkuit ini. Dengan adanya MotoGP India, gelaran balap musim ini juga jadi yang terpanjang dalam sejarah MotoGP, yakni sampai 20 seri.
Regulasi Tekanan Ban
Pada pertengahan musim, pihak Dorna Sports menerapkan regulasi baru yang mengatur tentang tekanan ban. Setiap motor harus menggunakan tekanan ban sesuai dengan rekomendasi dari Michelin, selaku pemasok ban tunggal MotoGP.
Baca juga: Aleix Espargaro Desak Dorna Minta Aturan Tekanan Ban Dihapuskan
Sanksinya tidak main-main, karena musim ini baru sosialisasi, maka pelanggaran pertama hanya diberi teguran. Lalu, pelanggaran kedua diberi sanksi 3 detik dan pelanggaran ketiga sanksinya 6 detik.
Musim depan, bagi yang melanggar akan langsung didiskualifikasi. Namun, beberapa pebalap beranggapan bahwa regulasi tersebut justru membahayakan karena risiko pebalap terjatuh karena kehilangan cengkeraman justru meningkat.
Bagnaia Juara Dunia MotoGP 2023
Perjalanan Bagnaia meraih gelar juara dunia MotoGP 2023 tidaklah mudah. Persaingannya dengan pebalap lain cukup ketat.
Pada paruh pertama musim ini, Bagnaia bersaing ketat dengan Marco Bezzecchi. Lalu, pada paruh kedua, persaingannya dengan Jorge Martin semakin ketat.