JAKARTA, KOMPAS.com - Sporting Manager Ducati Paolo Ciabatti mengatakan, aturan konsesi baru MotoGP dianggap lebih mengekang Ducati, tetapi itu wajar agar persaingan antara tiap pabrikan bisa lebih kompetitif.
MotoGP mengonfirmasi akan kembali menggunakan sistem konsesi. Namun, sistem yang akan mulai berlaku pada musim 2024 ini berbeda dari sebelumnya karena dibagi berdasarkan peringkat, yaitu ranking A, B, C, dan D.
Baca juga: Rekam Jejak Sinergi Kakorlantas Irjen Firman Shantyabudi dan Jasa Raharja
Ducati sendiri masuk peringkat A, di mana pabrikan hanya punya 170 ban uji. Tes tertutup dengan pebalap uji hanya boleh di tiga sirkuit MotoGP, tidak ada wildcard, dan hanya boleh pakai delapan mesin per tahun.
“Kami selalu mengatakan siap mencari solusi yang akan membuat pabrikan berada pada posisi sulit agar dua pabrikan Jepang sekarang (Honda dan Yamaha) bisa mengejar ketertinggalan,” kata Ciabatti, dilansir dari Crash, Senin (4/12/2023).
“Karena mereka masing-masing mendapat podium (pada tahun 2023), sistem konsesi saat ini tidak akan mengizinkan mereka memberikan bantuan tambahan (untuk tahun 2024)," ujarnya.
“Kami menginginkan kejuaraan di mana setiap pabrikan memiliki peluang yang adil untuk bersaing," kata Ciabatti.
Baca juga: Anggaran Subsidi Bus Perintis Kalah Jauh dengan Anggaran KRL
Dibandingkan aturan yang diterima Ducati, konsesi baru ini jelas menguntungkan buat Honda dan Yamaha yang kini berada di peringkat D.
Honda dan Yamaha dijatah 260 ban uji, pengujian di sirkuit GP mana pun, enam wildcard, pengujian tak cuma pebalap uji, tetapi juga pebalap inti. Kemudian, dapat 10 jatah mesin dan dua pembaruan aero per tahun.
Meski demikian, Ducati juga tidak bisa "protes keras" sebab merek asal Italia ini punya delapan pebalap di lintasan. Kemudian, Ducati juga menyabet tiga gelar pada musim 2023, yaitu juara dunia pebalap, serta juara tim dan konstruktor.
Selain itu, merek-merek Eropa yaitu Ducati, Aprilia, dan KTM yang sekarang menguasai MotoGP sebelumnya penerima konsesi waktu Honda dan Yamaha berkuasa.
Baca juga: Budaya Jepang Pakai Lampu Hazard untuk Bilang Terima Kasih
Honda dan Yamaha setuju untuk memberikan fasilitas teknis kepada rival mereka yang sedang kesulitan pada tahun 2014. Namun, sekarang semua berbalik, Honda dan Yamaha yang diberikan konsesi. Ducati mesti terima karena jadi semacam timbal balik.
“(Sistem konsesi lama) diputuskan di era berbeda di MotoGP ketika Jepang memimpin,” kata Ciabatti.
“Sekarang situasinya telah berubah, Ducati berada dalam posisi istimewa, pebalap Eropa lainnya sangat dekat dan kedua pebalap Jepang, apa pun alasannya, perlu mengejar ketertinggalan dan kembali ke posisi seharusnya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.