Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendaraan Listrik Diklaim Sumbang Banyak Emisi, Toyota Beri Tanggapan Ini

Kompas.com - 18/10/2023, 15:12 WIB
Daafa Alhaqqy Muhammad,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut jika emisi yang dihasilkan oleh kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) masih terbilang besar.

Alasannya, KLBB masih mengandalkan sumber energi dari pembangkit listrik yang prosesnyaa masih membutuhkan pembakaran mineral tambang. Inilah yang menjadi sumber persoalan, karena jejak karbon masih tersisa.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, jejak emisi karbon tersebut adalah satu permasalahan yang harus segera dientaskan, supaya realisasi Net-Zero Emission (NZE) bisa tercapai.

"Emisi kendaraan listrik akan jauh lebih rendah jika energi listrik yang digunakan untuk proses produksi dan saat mengisi baterai berasal dari energi bersih yang ramah lingkungan," katanya kepada Kompas.com, Jumat (13/10/2023).

Baca juga: Ekspor Toyota Indonesia Naik 2,5 Persen, Kontribusi Hybrid Meningkat

Ilustrasi mobil listrik. Dok. Kompas.com Ilustrasi mobil listrik.

Berdasarkan rekap data terbaru, ditemukan fakta jika sektor industri di Indonesia menyumbang sebanyak 15 persen sampai 20 persen dari total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) nasional.

Angka tersebut kemudian dipecah, dan ditemukan data penymbang sumber emisi. Yakni 60 persen emisi berasal dari penggunaan energi, 25 persen lainnya dari limbah industri dan 15 persen berasal dari Industrial Process and Product Use (IPPU).

Menanggapi pemaparan Menperin, Bob Azam, Wakil Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjelaskan, keberlangsungan kendaraan listrik tentunya tidak bisa dipisahkan dari keberadaan power plant, alias pembangkit listrik.

Baca juga: Polisi Imbau Masyarakat Jangan Asal Rekam Video Kecelakaan

Toyota bZ4X kembali menjadi mobil kenegaraan pada KTT ASEAN 2023dok.TAM Toyota bZ4X kembali menjadi mobil kenegaraan pada KTT ASEAN 2023

“Memang power plant kita (Indonesia) saat ini masih dominan menggunakan batu bara,” katanya saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/10/2023).

Menurutnya, langkah pengurangan jejak emisi seharusnya lebih difokuskan kepada solusi tenaga alternatif untuk pembangkit listrik, dan menghilangkan ketergantungan terhadap batu bara.

Selain itu, dia berharap klaim ‘kendaraan listrik masih menyumbang emisi’ bisa dihilangkan, karena menurutnya, kendaraan listrik seharusnya dianggap sebagai satu bentuk transisi menuju mobilitas hijau.

“Yang harus dimaksimalkan sekarang adalah transisi, supaya apa? Supaya pada tahun 2030 nanti, emisi tidak bertambah lagi,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau