JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika mobil digunakan melewati tikungan, pengemudi kadang menjumpai situasi di mana mobil terasa lemah hingga sulit menikung atau mobil terlalu kuat hingga belokannya terlampau tajam.
Dua situasi tersebut dikenal dengan understeer dan oversteer. Mobil yang susah dibelokkan dan terasa tetap berjalan lurus disebut dengan understeer. Kendala ini sering terjadi di mobil penggerak depan (FWD).
Kebalikannya, mobil yang belokannya terlalu tajam hingga sulit dikendalikan dinamakan oversteer. Kendala ini sering ditemukan pada mobil penggerak belakang (RWD).
“Oversteer dan understeer disebabkan karena 3 hal, yaitu jenis penggerak mobil, sikap pengemudi, dan kondisi ban,” kata Zulpata Zainal, On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal kepada Kompas.com, Minggu (26/3/2023).
Baca juga: Masih Banyak Kendala buat Urus STNK Motor Listrik Konversi
Menurut dia, yang dimaksud dengan sikap pengemudi adalah refleks yang dilakukan pengemudi saat menikung. Oversteer dan understeer bisa diartikan sebagai salah prediksi.
“Saat mau menikung, pengemudi kan biasanya ounya refleks untuk memprediksi sudut putaran yang harus dilakukan. Kadang-kadang, refleks itu keliru jadi understeer kalau kurang dari prediksi dan oversteer kalau melebihi prediksi,” katanya.
Poin lain yang bisa mempengaruhi kendala overtsteer dan understeer adalah kualitas ban. Ban yang sudah aus memiliki potensi besar untuk mengalami selip.
“Ini berkaitan dengan jenis penggeraknya, biasanya kalau ban depan jenis FWD selip, akan terjadi understeer. Sebaliknya, kalau ban belakang jenis RWD selip, jadinya oversteer,” ujar Zulpata.
Baca juga: Berapa Suhu Ideal AC Mobil supaya Hemat BBM?
Solusi paling efektif untuk menangani dua kendala tersebut adalah mengganti ban secara berkala jika tapak ban sudah nampak aus, dan selalu menurunkan kecepatan khususnya saat di tikungan.
“Kalau mobil berjalan pelan, enggak akan understeer. Baiknya tidak mengebut saat di tikungan, supaya aman,” ucap Zulpata.