Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Soal Acara Motor Trail, Main Motor Trail Jangan Sampai Merusak Alam

Kompas.com - 08/03/2023, 18:25 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sempat viral video aksi protes dari para peserta event trail di kawasan Kampung Cai Ranca Upas, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pada video tersebut, beberapa peserta protes sambil membakar motor karena kecewa dengan panitia.

Kemudian, muncul lagi video seorang pria yang murka karena sebagian lahan di kawasan Ranca Upas, Bandung, yang ditanami bunga edelweis rawa, rusak disebabkan kegiatan motor trail, Minggu (5/3/2023).

Pria yang diketahui bernama Supriatna alias Uprit itu mengatakan, bunga tersebut cukup langka karena hanya ada di dua lokasi di Jawa Barat.

Baca juga: Respons Asosiasi Sepeda Motor Listrik soal Insentif

Manager Site Kampung Cai Ranca Upas, Argo Wibowo mengatakan, rusaknya lahan savana bunga rawa itu lantaran peserta trail melenceng dari jalur yang sudah ditentukan.

"Jadi kemarin itu ada event motor trail pada tanggal 5 Maret 2023 yang bisa dikatakan ada kesalahpahaman antara penyelenggara event dan peserta. Karena tidak adanya panitia di jalur, peserta motor trail jadi mabal (menyimpang) dari jalur dan memasuki kawasan savana yang mana di sana ada bunga rawa itu," kata Argo dikutip dari Kompas Bandung, Rabu (8/3/2023).

Menanggapi event tersebut, Wisnu Guntoro Adi, offroader dari Serigala Rider mengatakan, ada dua sisi yang perlu ditanggapi, dari sisi peserta dan penyelenggara.

Baca juga: Motor Listrik Honda U-Go GT Meluncur, Lebih Sporty dan Bertenaga

Gareng sapaan akrabnya mengatakan, peserta protes karena kecewa jalurnya rusak. Padahal kalau main adventure trail memang begitu, harus dihadapi medan jalan yang sudah disiapkan panitia.

"Permainan trail ya begitu, tentang bagaimana orientasi dan penetrasi. Jadi kita harus pintar-pintar melihat, kalau motor atau fisik kita enggak kuat ya jangan lewat situ," kata Gareng kepada Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Gareng mengatakan, peserta harusnya tidak egois, tetap berada di trek ketika terhambat, bukannya memotong lewat jalan yang bukan semestinya.

Baca juga: Warung 25 Tahun Bangkrut Setelah Review Food Vlogger, Bang Madun: Gue Masih Punya Utang

Jadi menurut Gareng, kalau main adventure, hadapi saja jalur yang sudah dibuat panitia.

"Jangan khawatir, taruh saja motornya, standarin, santai saja rileks, daripada dengan egoisnya ingin cepat sampai finis lalu merusak lahan orang, hutan lindung, alam, panitia enggak bisa disalahkan dalam hal ini," ucap Gareng.

Lalu, soal peserta yang dibilang kelaparan dan tidak disediakan makan dari panitia, Gareng bilang peserta harusnya sudah mempersiapkan sendiri. Bahkan, masih untung mainnya di Ranca Upas, bukan di pedalaman.

Baca juga: Baru Kembali Jadi Damkar Depok, Sandi Butar Butar Sudah Dapat Empat Surat Peringatan

"Masih untung main di Ranca Upas, masih ada masyarakat. Kalau di Kalimantan enggak ada apa-apa lagi, itu enggak perlu diprotes (soal konsumsi)," ucap Gareng.

Menurutnya, anak trail itu harus tau batas kemampuan diri dan motornya, enggak bisa berharap ke panitia. Selain itu, main adventure trail juga seharusnya tenang, ingin tahu jalur menuju pemandangan yang indah.

Kalau dari segi panitia, menurut Gareng, tidak mempersiapkan jumlah peserta yang terlampau banyak. Semestinya, panitia menghitung kemampuan trek, apakah bisa memenuhi atau tidak peserta yang banyak.

Baca juga: Kantor Dinkes Bekasi Dirusak Ormas, Dedi Mulyadi Tak Akan Tinggal Diam

"Siap enggak lintasannya, alamnya, menghadapi ribuan peserta itu, mereka (panitia) bisa enggak menghitung peserta. Mungkin tidak sadar mereka kalau itu (trek) tidak layak untuk ribuan peserta," kata Gareng.

Kegiatan trabasan menggunakan motor trail memang sedang naik daun, seiring juga banyak peminatnya.

Kegiatan ini sebenarnya bisa memberikan efek positif untuk beragam sektor, seperti perekonomian di daerah pedalaman yang bisa meningkat, bahkan lebih jauhnya bisa memperkenalkan potensi-potensi wisata yang belum terjamah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau