Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Arogan di Jalan, Pelat Nomor Dewa Sudah Tidak Rahasia Lagi

Kompas.com - 26/12/2022, 13:40 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi arogan kembali terjadi dan dilakukan oleh pengguna mobil dengan pelat dewa. Jika sebelumnya ramai curhatan pengemudi bernama Bramantia Tamtama kini menimpa Reynold Lumintang.

Menurut pengakuan Reynold kronologi bermula di depan MOI, Kelapa Gading, sekitar pukul 21.50 WIB pada Minggu (25/12/2022). Mobil dengan pelat QH tersebut mau menyerobot antrean, tapi tidak diberi jalan.

Baca juga: Desain Puitik Glenn Hartanto di Republik Mauritius

Sampai kemudian pengemudi Mitsubishi Pajero Sport yang belum diketahui identitasnya tersebut mengacungkan senjata tajam dari dalam mobil.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Reynold Octavianus Lumintang (@reynold_lumintang)

"Ga saya kasih jalan, tapi ga suka, main-mainin lampu jauh dan mulai ngejar-ngejar. Sampai di bunderan Boulevard Gading, mulai nodong-nodong seperti di video dan berakhir nabrakin mobilnya ke sisi kiri mobil saya," ucap Reynold saat dikonfirmasi.

Banyaknya pengguna pelat nomor dewa berlaku arogan dikecam oleh masyarakat. Padahal belum lama ini Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mohammad Fadil Imran menegaskan akan menindak mobil pelat RF (pelat dewa) yang melanggar lalu lintas.

Budiyanto, pengamat transportasi dan hukum mengatakan, penggunaan plat RF atau pelat nomor dewa lain sering menimbulkan polemik yakni pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat karena ulah oknum.

Baca juga: Radiator Mobil Rembes, Apakah Harus Ganti Baru?

Mengenal Aturan Pelat Nomor RFKOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Mengenal Aturan Pelat Nomor RF

"Pengemudinya yang sering menunjukan sikap dan perilaku yang kurang bersahabat dengan pengguna jalan yang lain, misal minta prioritas, menggunakan dan memasang lampu isyarat dan sirene," kata Budiyanto kepada Kompas.com, Senin 26/12/2022).

"Kadang-kadang membunyikan sirene dan klakson berlebihan bahkan memepet kendaraan lain tanpa memperhatikan keselamatan orang lain," kata Budiyanto.

Untuk itu, mantan Kasubdit Penegakan Hukum (Gakkum) Ditlantas Polda Metro Jaya tersebut mengatakan, penggunaan pelat nomor dewa harus diminimalisir jangan menimbulkan kegaduhan.

Budiyanto mengatakan, setidaknya ada empat cara untuk membatasi penyalahgunaan mobil dengan pelat RF atau pelat nomor lain khusus agar pengemudi kendaraan tersebut tidak arogan di jalan.

Keempat cara tersebut, antara lain:

1. Pengawasan

Pengawasan dan pemberian sanksi tegas terhadap penyalahgunaan tersebut karena fenomena pro dan kontra ini sudah berjalan lama.

2. Perketat syarat

Memperketat persyaratan penerbitan no kendaraan kode RF.

3. Kaji ulang

Bila perlu dan mendesak, ada kajian terhadap penerbitan nomor tersebut. Karena kalau dilihat dari tujuan penerbitan nopol tersebut untuk menunjang tugas-tugas kekhususan sesuai jabatan dan untuk mendukung tugas-tugas yang membutuhkan kerahasiaan identitas kendaraan dan penggunanya.

"Dengan sering munculnya fenomena tersebut (pro dan kontra) ditengah-tengah masyarakat nilai tingkat kekhususan dan kerahasiaan relatif tidak ada, dalam arti masyarakat sudah tahu tentang nomer kendaraan tersebut (RF)," kata dia.

"Sehingga sudah sewajarnya penerbitan TNKB khusus dan rahasia perlu adanya kajian," kata Budiyanto.

4. Pengawalan

Bila perlu petugas yang melakukan pengawalan terhadap pengguna jalan yang berhak mendapatkan pengawalan.

"Petugasnya supaya menggunakan kendaraan berpelat dinas biasa, sehingga apabila kendaraan tersebut dipasang lampu isyarat dan sirene tidak melanggar undang-undang," kata Budiyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau